Assiry gombal mukiyo, 5 Januari 2014
Satu yang saya sukai waktu itu adalah buku sastra karya Cak Nun. Saya masih ingat betul judulnya yakni "Kado Muhammad" yang mempengaruhi banyak karya -karya tulisan dan juga antologi puisi yang saya rangkum 10 tahun silam meskipun sampai hari ini saya sangat malu untuk menerbitkannya. Atau buku -buku sejarah dan Seni yang sering saya lalap untuk mengenyangkan dahaga akan pengetahuan yang lebih dalam.
Tentu saya tidak secerdas Elon Musk yang ingat hampir segala yang dia baca karena dia punya photographic memory, apalagi akses buku-buku yang dia punya sejak kecil jauh lebih bagus. Itu mengingatkan betapa pentingnya membaca dan akses buku-buku berkualitas terhadap perkembangan pikiran seseorang.
Di jaman internet ini, membaca bahkan jauh lebih mudah daripada dulu, pikiran saya menjadi terbuka lebar-lebar juga ketika akses-akses buku online ini terpampang di hadapan saya. Apapun yang anda mau baca ada disana, jutaan buku menunggu dieksplorasi oleh keingintahuan manusia.
Di hadapan buku-buku itu, saya seperti seorang anak kecil di pinggir pantai di hadapan samudera maha luas yang membentang di depan saya. Seberapapun ilmu saya, masih banyak ilmu-ilmu baru yang perlu dipelajari.
Dan dengan membaca, kita dipaksa untuk berpikir, tentang kenyataan-kenyataan, tentang kompleksitas semesta, tentang konstelasi neuron-neuron peradaban. Dan berpikir adalah langkah pertama manusia untuk maju ke depan.
Illustrasi:
-Tampak santri PSKQ Modern Muhammad Kholif sedang membaca buku Sastra di "Serambi Gallery Buku" PSKQ Modern asrama 1.
0 komentar:
Posting Komentar