Di Indonesia saat ini Orang Kaya adalah posisi yang paling atas dan yang paling diidam-idamkan oleh semua orang. Orang pintar menggunakan kepintarannya agar dia menjadi kaya. Orang Kuasa menggunakan kekuasaannya untuk memperkaya dirinya. Orang kuat menggunakan kekuatannya untuk memperkaya diri. Bahkan orang baik (mulia) pun menggunakan apa yang dimilikinya untuk menjadi orang kaya.
Maka kita melihat fenomena ustadz-ustadz yang muncul di televisi saat ini, tokoh 2 agama yang tersandung korupsi, tokoh 2 Partai yang mencitrakan Islam sebagai simbol 2 nya, yang mestinya menjadi parameter dan uswah bagi kita ternyata adalah produk dari kegagalan manusia Indonesia dalam menempatkan dirinya. Mereka justru mnjadi sampah yang justru memperbusuk Islam karena perilaku mereka itu.
Dalam sejarah berkembangnya Islam di Indonesia. Pada abad ke 7 Islam sudah masuk ke Indonesia dibawa oleh para pedagang (gujarat ). Namun tidak dipercaya oleh masyarakat di Nusantara karena mereka tidak percaya kepada orang kaya, namun ketika Walisongo yang memperkenalka Islam kepada masyarakat Nusantara, Islam dapat diterima dan menyebar luas karena masyarakat sangat percaya kepada orang mulia. Walisongo betul 2 mengejawantahkan Islam yang rahmatan lilalamin, tidak membeda 2 kan karena stata sosial dan mnggunakan metode dakwah dengan hikmah (teladan yang bijak) dan mauidhoh hasanah (tutur kata dan seruan yang baik).
Namun yang terjadi sekarang justru terbalik, kita lebih menginginkan menjadi orang kaya, bukan menjadi orang baik. Karena orang kaya menjadi tujuan utama, Ingin belajar ilmu di pesantren biar nanti bisa kaya, ingin belajar kaligrafi biar bisa juara lomba MTQ yang sudah tentu tujuan utamanya adalah kaya meskipun dengan cara 2 manipulasi dan dipaksakan. Ingin jadi Dokter, Insinyur biar kaya, pokoknya apapun profesinya kaya adalah tujuan utamanya.
Maka yang terjadi adalah orang kuat, orang pinter, orang kuasa semua berlomba-lomba menjadi orang kaya.
Bahkan orang-orang baik: kyai, nyai, Ustaz, Pastor, Romo, aktivis organisasi keagamaan yang seharusnya berada di posisi tertinggi pun ingin menjadi orang kaya. Maka kita dapat melihat sekarang para calon bupati, calon legislatif mendekati kyai-kyai , tokoh agama agar mendapat tambahan suara biar ia dapat terpilih dalam pemilihan umum.
Celakanya, Para kiyai terjebak kedalam posisi yang diuntungkan dengan jalan yang menyimpang karena aliran dana untuk pesantren dan dana tunjangan yang tentunya bisa membuat para Kiyai lebih prestisius dan kaya terus mengalir dari para caleg yang terpilih. Tidak perduli itu dana dari mana yang pnting bisa nambah kaya.
Dulu seorang ulama di Kudus sebut saja Al Allamah Mbah Kiyai Haji Arwani Amin, justru menolak pesantrennya di sumbang oleh instansi pemerintah. Beliau berasumsi uang 2 yang didapat dari sumbangn 2 pemerintah adalh syubuhat dan bhkn bisa juga haram karena didapat dari pajak yang sudah pasti juga bercampur dengan pajak miras dan pelacuran misalnya.
Terbukti dari mujahadah dan wara'nya beliau, lahirlah jutaan ulama dan kiyai alumni yan bu'ul Quran yang tahfidz dan ahli Al Quran. Ini adalah buah dari kezuhudan dan kehati 2an seorang Ulama yang tidak tergiur dengan kekayaan.
0 komentar:
Posting Komentar