Cukup kaget juga saya memperhatikan dengan seksama pertarungan merebut kursi gebenur DKI ini yang penuh bertabur intrik. Sebagai rakyat biasa saya mencermati kalau mau merebut kursi gebenur ya harusnya para pengikut ketiga cagub itu harus berani memberikan gagasan terbaik buat meyakinkan warga jakarta dan bukan dengan bermain politik kotor.
Dengan persiapan Pilkada DKI Jakarta ini ternyata begitu berlimpah hikmah yang Kita dapati. Kita jadi bertambah Tau dan melek, mana-mana bedanya tai dan apa itu roti. Kita semakin memahami yang sejati. Apakah dia itu Habil atau Qabil. Karena semua merasa menjadi Habil yang selalu diposisi benar. Sehingga selainnya yang berseberangan ditudingnya sebagai Qabil. Yang lain yang tidak senada dan seirama seolah mengancam dan harus dimusnahkan seperti Qabil yang berwajah cinta.
Ada baiknya saat ini kita lebih khusu' dengan fokus kepada merajut kebhinekaan tunggal ika dengan terus menghindari ‘kelezatan’ menuduh dan mengklaim atas “siapa yang salah”. Sebab kalau salah benar diposisikan pada subjek, kemudian yang ditegakkan adalah pro dan kontra oleh kedua bèlah pihak. Maka sangat mungkin semua akan terjebak kepada situasi-situasi subjektif: kalau kita “pro” suatu pihak, maka kita bisa saja meyakini kebenarannya 100%”. Sebaliknya jika kita “kontra” suatu pihak yang lainnya, maka ia “pasti salah 100%” sehingga tidak ada ruang sedikitpun untuk kita menilai kebenaran terhadapnya.
Seharusnya dan sudah semestinya seorang yang dianggap sebagai Semar itu tidak suka jabatan & tidak juga suka dengan Ketenaran serta tidak berpolitik praktis. Juga tetap mendisiplinkan Keilmuan dan kebijaksanaannya sebagai penentu setiap arah langkahnya. agar para punakawan dan rakyak jelata semakin berakhlaq mulia sehingga keselamatan senantiasa tergenggam baik di dunia hingga Akhirat Kelak. Semar itu berasal dari kata bahasa Arab yakni Ismar yang dalam lidah Jawa menjadi Semar. Sedang Ismar sendiri berarti paku, dimana fungsinya adalah sebagai pengokoh dan melambangkan teladan bagi hidup manusia.
Sedang kata Badranaya berasal dari kata Badra yang berarti kebahagiaan dan Naya berarti kebijaksanaan. Maksudnya adalah seorang yang mampu memimpin dengan bijaksana serta menggiring masyarakat untuk beribadah kepada Allah SWT.
Semar tidak seyogyanya terlibat kepada Jabatan & Ketenaran juga apalagi sampai tercium aroma berpolitik Praktis.
Ya Allah ya Jaami'u, satukanlah ummat ini dengan tali kasih sayangMu yang tidak pernah pudar hingga kapanpun.
Karena benang -benang keberagaman yang selama ini dirajut bertahun -tahun oleh bangsa ini kian hari semakin kusut dan terkoyak. Semuanya saling tuding -menuding. Saling menghardik, mengancam satu dengan yang lain. Kadal buntung pun ikut galau melihat situasi dan kondisi dinding -dinding rumah besar bangsa ini yang tercorat -coret hingga lusuh dan makin kumuh.
Dulu di negeri kita ada sekelompok yang benci setengah mati dengan ulama-ulama NU bahkan mengatakan kalau Gus Dur itu buta mata dan buta hati dan Ibu H. Shinta Nuriyah Wahid (istri Gus Dur) merangkak pergi ke gereja serta menghina akidah mereka dengan mengatakan sesat dan munafik.
Mereka juga menista Kyai Said Aqil Siraj, KH. Musthofa Bisri, KH. Maimoen Zubair, KH. Quraisy Shihab dan juga kyai-kyai NU lainya sebagai Syiah, sesat, kafir, munafik, ulama su (penipu) dan sebagainya. NU pun dihina sebagai NU (Nipu Umat), ANUS (Aliran Nusantara) dan JIN (Jamaah Islam Nusantara). Mereka juga pernah merendahkan amaliyah warga NU dengan menyebutnya kaum penyembah kuburan, haramkan tahlilan, mensyirikan tawasul, dan membid'ahkan Maulid dan Haul. Mereka kemudian juga membuat NU Garis Lurus karena menganggap bahwa NU itu sesat dan menyesatkan.
Tapi kebetulan saat ini ada tokoh NU yang entah kenapa bisa ikut terlibat dalam agenda politik Pak Ndut alias Pak Mantan alias Pepo Lebaran Kuda serta bersekutu dengan Geng Senggol Bacok Wahabi. Dan saat beliau ini dikritik oleh kubu kuasa hukum Ahok karena dianggap telah berlaku tidak jujur dan memberikan kesaksian palsu, mereka beramai-ramai teriak ayo bela ulama NU. Janganlah lagi terjebak oleh adu domba apalagi setelah Assyeikh Imam besar sekarang sedang tiarap dan mati kutu karena terjerat banyak kasus dan dipermalukan sehabis-habisnya karena isu Firza Hots.
Sekarang tiba-tiba mereka ini ingin membela NU, mereka ingin memprovokasi warga NU agar bergerak menuntut dan menghukum orang yang dianggapnya sebagai penista agama. Tapi saya yakin warga NU termasuk juga saya tidak akan termakan oleh hasutan dan taktik adu domba murahan mereka. Warga NU belum lupa betapa brengseknya mereka ini mempermainkan agama dan merendahkan ulama-ulamanya. Saya sendiri lebih percaya dengan kata-kata Gus Dur yang waskita dan bijaksana itu bahwa “FPI itu organisasi bajingan” dan “MUI sebaiknya dibubarkan saja” itu kata Gus Dur bukan saya yang ngomong saya hanya meminjam istilahnya. Ikut ziarah dulu, minimal ikut tahlilan, biar tidak disebut "modus" dengan seolah -olah paling didepan membela NU.
Anehnya setelah Ketua MUI itu tidak mengakui adanya telpon dari Pak Ndut, kini justru Pak Ndut sendiri yang mengakui bahwa dia telah menelpon tokoh MUI dan merasa kesal karena telphonnya disadap sehingga berencana melaporkan karena penyadapan tersebut illegal.
Pak Ndut betul -betul tahu secara mendetail bahwa kubu Ahok sudah punya bukti soal percakapan telpon itu jadi percuma jika disangkal. Meskipun Pimpinan Rais Am NU dan Ketua MUI tersebut menjawab " tidak ada" saat di tanya dalam persidangan. Padahal sebelumnya Ia disumpah dengan kitab suci Al Quran. Duh Gusti Nu Agung.....Ini betul -betul humor yang sangat lucu selucu -lucunya bahkan ketoprak humor pun kalah lucu dibanding penampilan drama akrobat perpolitikan yang semakin menggelitik.
Saya juga heran kenapa hingga kini Imam Besar dan sekumpulan para pemilik kunci surga kok belum membantah, ngamuk-ngamuk, teriak-teriak dan menuntut secara hukum atas rumor Firza Hots ya?
Jika ini hoax dan fitnah maka sungguh ini suatu hal yang keji dan keterlaluan. Karena sungguh fitnah itu lebih keji daripada pembunuhan. Meski saya tidak sefaham dengan RS tapi jika ini fitnah maka ini adalah cara curang dan biadab untuk menjatuhkan dan membunuh karakter seseorang serta mempermalukan keluarganya sekaligus semua yang terkait dengan fitnah itu.
Jika ini memang fitnah harusnya RS bisa melaporkan Anonymous ke polisi atas pasal pencemaran nama baik. Tapi Anonymous punya track record yang mengesankan dalam urusan hacking meng-hacking sehingga jika dibantah padahal benar dia bisa membukanya lebih jauh dan lebih liar lagi.
Jika ini benar maka RS harus siap menanggung konsekuensinya sesuai hukum syariat yang selalu diteriakkannya yaitu hukum rajam bagi pezina dengan cara dilempari batu sampai mati. Marilah kita terus berdoa kalau perlu kita bikin semacam istighasah massal sambil nangis berjamaah semoga berita itu tidak benar alias hoax. Amiiin.
Jualan topeng dan jubah agama demi nafsu duniawi mungkin tidak akan selaris hari-hari kemarin lagi. Pilpres 2014 dan Pilkada DKI 2017 benar-benar fenomena di luar akal sehat dan mungkin menjadi perang Bharatayudha yang menentukan nasib dan identitas bangsa ini ke depan. Which side will you choose?
Tetaplah tenang. Meskipun drama ini semakin menuju klimaksnya. Kita boleh membenci tapi bencilah sekadarnya tapi jangan sampai mengotori hati dan mulut kita dengan menumpahkan sumpah serapah yang kotor. Atau kalau anda begitu cinta dengan tokoh -tokoh dalam drama perpolitikan di negeri abrakadabrah ini saya berharap anda tetap menjaga hati agar tetap tenang dan tidak terlalu berlebihan dalam mencintai. Karena boleh jadi apa yang terlalu anda cintai itu ternyata "tai" dan yang kita buang -buang, yang kita remehkan, kita hujat dan kita benci setengah mati itu ternyata "roti keju" yang enak sekali. Tetaplah netral saudaraku sekalian. Kita terus tonton sambil terus meminta perlindungan kepada Allah semoga negeri ini selalu dalam rahmatNya. Amiiin.
0 komentar:
Posting Komentar