Jika Salvador Dali dikenal sebagai pelukis surealis dari spanyol yang nyentrik dengan kumisnya yang unik dan rada aneh dengan karya- karyanya yang dinilai jenius dan melampaui masanya.
Maka saya tidak ingin mencoba nekat menirunya. Karena saya bukan Dali tapi saya cuma Assiry. Saya tetap menjadi diri saya sendiri dan tidak ingin meniru siapa-siapa. Saya mengakui bahwa saya mencintai dan lebih suka melakukan hal yang tidak biasa dilakukan orang kebanyakan. Dalam gaya melukis kaligrafi saya lebih suka menyebut teknik melukis saya adalah "teknik sadisme". Teknik yang sadis, radikal dan eksentrik. Atau sebut saja aliran lukisan kaligrafi saya beraliran "Lukis Kaligrafi garis keras".
Bagaimana tidak saya suka melukis dengan cara saya sendiri. Dengan tangan kosong, kadang juga sesekali menggunakan kaki saya. Tanpa harus menggunakan kuas untuk blok dan mengoplos warna, Semua saya lakukan dengan cara yang menurut kebanyakan orang itu gila alias sinthing. Untuk mencampurkan warna cukup kanvas saya putar-putar dan saya lempar berulang -ulang keatas. Atau saya lempar kanvas saya dengan sandal, saya cipratin dengan air atau apa saja yang mendukung imajinasi saya agar karya yang saya hasilkan betul -betul natural. Tidak ada pisau palet pisau dapurpun jadi. Pokokny tidak ada satupun alat atau media yang tidak bisa saya gunakan untuk melukis kecuali tai atau benda najis lainnya.
Eksentrik dalam dunia kesenian itu biasa, imajinasi yang meluap luap bisa saja menjadi pemicunya. karya karya saya yang seperti aneh dan tidak umum inilah karakter saya.
Teman karib saya Ustaz Ali Irfan Ali Nasrudin bahkan menyebut gaya melukis saya adalah " kaligrafi ngaceng" karena terlalu ekspresif dalam berimajinasi, liar dan ganas.
Entah apapun yang difikirkan, atau apapun yang dibayangkan mereka bahkan ketika para Mahasiswa UIN Walisongo, Mahasiswa UIN Jogya dan Santri PSKQ Modern yang berjumlah 80an orang menyaksikan saya melukis di Taman Colo Muria Kudus pada Hari Kamis, tgl 19 Januari 2017, bersama Guru saya Ustaz H.Syaiful Adnan dan Ustaz H.Isep Misbah.
Menurut saya melukis itu bagian dari seni pertunjukan yang menghibur. Jadi penonton bisa terhanyut kedalam suasana berkesenian yang penuh humor dan tidak mencekam.
Beberapa kali saya ditawari untuk diliput stasiun TV swasta Nasional ketika disuruh memperagakan teknik melukis yang seperti ini tapi saya menolaknya. Teknik melukis gaya Sadisme ini memang spesial saya persembahkan untuk para peserta Demonstrasi Kaligrafi Akbar pada Sayembara Kaligrafi Mushaf Nasional HARLAH PSKQ Modern ke-10 di Taman Colo Muria yang semoga kedepan terus diadakan event serupa biar wisatawan domestik di Taman Colo juga bisa merasakan sensasi yang asyik.
Saya memng suka yang aneh -aneh. Setahun silam saya pernah diliput TV One untuk membuat karya lukisan yang terbuat dari limbah sampah. Mereka sempat shok dan terkaget-kaget, karena ternyata bahan -bahan yang saya pakai untuk melukis terdiri dari tali kutang bekas, plastik bekas, celana kolor bekas, ranting pohon, sampah kertas kering dan lainnya yang serba rombengan dan bekas.
Yang menjadi target utama saya bukan pada proses atau bahannya. Tetapi hasilnya. Meskipun untuk cat dan finishing touch saya memakai bahan cat berkualitas tinggi dan Import.
Lukisan -lukisan kaligrafi saya dari bahan sampah lainnya, pernah dibeli Menteri Sosial Ibu Khofifah P. Bahkan saat Bupati Kudus Bp.Dr.H Mustofa SE, MM membuka Pameran Kaligrafi Nasional pada tgl 17 Januari 2017 di Hotel Graha muria Colo Kudus, Jawa Tengah saya menghadiahi beliau lukisan kaligrafi kanvas karya saya dari bahan sampah yang aslinya saya banderol dengan harga 50 juta.
Seorang seniman sejati bukanlah orang yang terinspirasi, melainkan seseorang yang mengilhami orang lain itu yang menjadi prinsip saya. Jadilah diri sendiri dan jangan berusaha menjadi orang lain. Apalagi sampah itu mudah sekali kita jumpai disekeliling kita. Maaf kalau boleh jujur masyarakat kita adalah masyarakat yang "jorok". Suka buang sampah sembarangan. Untuk bisa membuang sampah di tempat sampah saja perlu diingatkan dengan tulisan besar " Buanglah sampah pada tempatnya". Kita kurang memilki kesadaran bahwa kebersihan adalah bagian dari iman. Kita melakukan hal baik seperti itu harus diperintahkan, tidak karena muncul dari kesadaran diri kita. Saya melukis dengan sampah substansinya sebenarnya adalh untuk mengajak dan bukan mengejek, untuk saling mengingatkan agar kita bisa memanfaatkan sesuatu yang menurut kebanyakan orang itu tidak bermanfaat. Nyatanya ditangan saya semua bisa saya sulap menjadi karya yang memiliki nilai jual.
Perbedaan antara saya dan anda adalah saya ini gila, sinthing dan asu. Saya akan terus menimati kebinatangan saya. Sehingga saya bisa terus belajar menjadi manusia yang mudah -mudahan bisa berbagi manfaat sekecil apapun.
==================================================================================
Illustrasi:
Beberapa pose melukis saya yang diabadikan oleh Mas M Ulin Nuha Pimred Radar Kudus jawa Pos. Mulai dengan memakai palet pisau dapur, melempar-lempar kanvas, melempar cat, melempari kanvas dengan sandal untuk efek muncrat dan mengusap untuk membuat gradasi dengan sarung yang saya pakai, dengan rambut kepala dan foto hasil karya jadi, dalam waktu satu jam setengah.
Lukisan yang saya beri judul " Hanya Allah" saya persembahkan untuk pecinta kaligrafi di Indonesia pada perayaan Harlah PSKQ Milad ke-10.
0 komentar:
Posting Komentar