Ali bin Abi Thalib pun terbunuh dengan keengganan yang sama, banyak yang berharap dia segera membasmi dinasti Umayyah namun dia lebih memilih berdamai, apalagi naiknya dia menjadi khalifah menggantikan Utsman pun sebenarnya sudah dia tolak berkali-kali. Akhirnya Ali dibunuh oleh muslim yang menganggap Ali kurang tegas dan dianggap sesat pemikirannya. Ironisnya Pembunuh Ali yang bernama Ibnu muljam itu adalah seorang Guru Al Quran yang Hafidz Al Quran 30 Juz, sering qiyamullail dan rajin puasa Sunnah.
Lalu pada akhirnya cucu nabi sendiri Hasan dan Hussein pun tidak luput dari tragedi, Hasan diracun karena dianggap sebagai ancaman utama kalau dia hidup dialah yang disebut keturunan nabi Muhammad SAW yang bisa memimpin ummat. Setelah Hasan dibunuh, giliran Hussein dibunuh dengan brutalnya, kepalanya dipenggal di Karbala dan diarak ribuan kilometer ke Damaskus. YA Allah Ya Rahman Ya Rahim.
Ini sejarahmu wahai orang Islam, demi kekuasaan, bahkan keluarga dan sahabat terdekat Nabipun harus dibunuh. Sembuhmu itu kapan? Mau seperti itu terus sepanjang masa? Sekarang benih -benih permusuhan itu mulai mengemuka, sedikit perbedaan pendapat saja sudah saling ancam -mengancam pembunuhan, saling menyesatkan satu sama lainnya, menganggap yang lain kafir, dan bid'ah dan sumpah serapah juga cap lainnya dengan membabi buta. Bukankah perilaku demikian adalah benih -benih dari permusuhan yang kapanpun bisa menjadi bom yang bisa meledak hingga menjadi pertumpahan darah dan pembunuhan satu dengan lainnya.
Yang Sunni perang dengan Syiah, padahal sama-sama mengaku Islam, yang wahabi memusuhi semua Islam jenis lain, padahal Utsman dan Ali menumpahkan darah sesama muslim itu pantang bahkan rela nyawanya sendiri dikorbankan. Belum termasuk Islam politik, yang cuma jadi pemanis mulut, ujung-ujungnya juga cuma harta dan kekuasaan. Jangankan rahmatalilalamin, rahmatallilmuslimin pun tidak.
0 komentar:
Posting Komentar