Allah bisa saja menciptakan manusia dan jin di planet bumi dengan beriman semua kepadaNya, akan tetapi Allah menciptakan kita berbeda beda dan hanya membekali kita sebuah akal untuk kita mengeksplor rahasia perbedaan tersebut, karena IA telah menyediakan tempat bagi masing-masing kita, tinggal kitalah yang memilih tempat yang kita inginkan tanpa harus menjustifikasi orang lain.
Kita hanya diamanahkan untuk menyampaikan yang hak tanpa paksaan, karena hidayah itu semata- mata mutlak milik Allah. Sesungguhnya dunia ini adalah tempat untuk kita semua, tapi bukanlah milik kita. Dunia ini adalah ajang kompetisi untuk membangun akhlak dan peradaban yang telah didahului dan diteladankan oleh Rasulullah SAW sebagai uswah sepanjang jaman.
Ulama adalah sosok yang amat berpengaruh dalam kehidupan umat Islam. Pun pemuka agama lainnya masing masing berpengaruh bagi para pengikutnya. Semua diciptakan berbeda dan sekali lagi penciptanya adalah Allah SWT dan kita semua akan kembali kepadaNya dengan segala resiko masing masing. Perbedaan adalah suatu hikmah yang telah ada dalam sepanjang sejarah manusia, tapi perbedaan selalu mendatangkan keuntungan dan kemaslahatan bagi semua orang yang senantiasa mengutamakan akal pikirannya.
Arab springs adalah contoh paling baik untuk kita waspadai dan tadabburi bersama. Mereka kini telah hancur berantakan, hal itu terjadi karena masing-masing telah begitu mudah terprovokasi fitnah. Berbahagialah orang-orang yang pandai menggunakan akal fikirannya yang tidak bisa terkontaminasi dengan fitnah -fitnah itu.
Entahlah. Saya tidak begitu respek dengan tokoh atau kiyai yang mudah terjun dalam keriuhan dan kegaduhan konflik politik. Hati saya lebih condong pada mereka yang banyak bicara ketaatan, cinta, kerukunan dan kedamaian antara sesama manusia.
Pribadi-pribadi seperti Maimoen Zubair, Mustofa Bisri, Quraish Shihab, Emha Ainun Nadjib, Abah Maulana Habib Lutfi bin Yahya dan yang lainnya bagi saya, adalah mutiara dunia. Yang membuat Wajah dunia yang rusuh dan kotor ini tetap sejuk ditempati tetap indah karena cinta dan damai. Mereka memberi contoh bagaimana "nguwongno wong" (memanusiakan manusia) tidak pernah melihat suku, ras, agama dan perbedaan - perbedaan lainnya. Mereka memahami dan menjadi teladan karena perbedaan bukan untuk diperselisihkan tetapi sebagai sarana agar bisa saling tenggang rasa dan tepo seliro.
Dengan sebab mereka, masih banyak senyum di antara wajah-wajah yang marah. Dengan sebab mereka ridha Allah masih berpihak pada keselamatan umat ini. Dengan sebab mereka pula bangsa ini tidak jadi terbakar karena mereka adalah oase ditengah keringnya hamparan sendi berbangsa dan bernegara. Semoga Kasih Sayang Allah selalu tercurah untuk mereka.
0 komentar:
Posting Komentar