Tradisi “tulis-menulis indah al-Quran” masih terbilang pasif, tidak se-semarak pesantren tahfidz al-Quran. Sebab menghafal dan membaca melibatkan aspek kognitif. Sedangkan menulis Kaligrafi lebih dari itu.
Selain melibatkan aspek kognitif, menulis kaligrafi melibatkan aspek psikomotorik juga. Menulis kaligrafi juga membutuhkan adanya minat yang besar dan latihan kontinyu. Tidak semua orang bisa melakukannya. Anda pasti setuju dengan pernyataan ini. Oleh karena itu, pengembangan kaligrafi masih membutuhkan penanganan yang sangat serius dan profesional.
Salah satu lembaga pendidikan yang berkecimpung dalam mengembangkan tradisi tulis-menulis kaligrafi Al-Quran, Melukis Kaligrafi dan Seni Rupa terapan adalah Pesantren Seni Rupa & Kaligrafi Al Quran ( PSKQ MODERN) Program utama pesantren ini disebut Pendidikan dan Latihan (diklat) dengan mengasah kaligrafi pada berbagai media dan penguasaan terhadap Seni Rupa terapan yang tidak bisa lepas dan berpaut erat dengan Kaligrafi.
Pembelajaran dalam Kemahiran Menulis Kaligrafi Al-Quran dan Seni Rupa terapan di PSKQ Modern dalam literatur pendidikan juga disebut sebagai pendidikan, hanya saja lebih mengarahkan bagaimana seorang anak didik/Santri memperoleh kecakapan motorik atau kemampuan dalam melakukan suatu pekerjaan (acquiring skill). Perbedaan ini sungguh sangat prinsipil sekali dari pendidikan yang diselenggarakan pada umumnya di beberapa lembaga pendidikan baik formal maupun non formal.
James E. Manzur dalam ensiklopedi dunia “Windows Encharta” mengatakan, pelatihan disebut dengan “learning motor skills”, begitu juga dengan kaligrafi. “Learning motor skills” adalah usaha belajar atau melatih kemampuan atau kecakapan untuk melakukan berbagai tindakan gerak fisik.
Pada umumnya kegiatan motorik atau pelatihan ini membutuhkan proses yang bertahap, tetapi dalam waktu yang singkat dan terprogram. Oleh karena itu, untuk memantapkan skill yang akan dicapai, “learner” maka Santri PSKQ Modern atau peserta didik kaligrafi hendaklah senantiasa rutin dan terus-menerus latihan sampai mampu memiliki kompetensi yang akan dicapai dan tentunya dengan bimbingan guru yang mumpuni dan kapabel.
Disamping itu, santri PSKQ Modern ini membutuhkan umpan balik (feedback) antara dirinya dengan pembina (ustad) untuk mengidentifikasi apa saja kekurangannya, dan bagaimana cara memperbaiki kekurangannya itu. Ketika program pelatihan Kaligrafi, baik kursus maupun Diklat berlangsung, maka Santti/Peserta didik harus selalu memberikan perhatian ekstra, mengikuti petunjuk sang pelatih( guru), dan berusaha sekuat tenaga untuk mengerjakan tugas-tugas latihan mandirinya. Setelah mampu menguasai skill, pekerjaan motorik tersebut dapat dilakukan dengan otomatis, lihai, atau mahir.
Jadi, eksistensi PSKQ Modern ini adalah memberikan pengaruh yang intens untuk menumbuh kembangkan minat generasi muda muslim Indonesia dalam memperhatikan agamanya, termasuk mempertahankan agama dan melestarikan budaya tulis-menulis Al-Quran. Satu hal yang mesti kita sadari, untuk mewujudkan idealisme itu tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.
Kesadaran pemerintah khususnya pemerintah daerah untuk menyelenggarakan program serupa sangat diharapkan meskipun kita jangan terlalu banyak berharap dari Pemerintah. Jika demikian, akan bermunculan “pendekar-pendekar baru” kaligrafi yang cinta kepada Al-Quran.
Mudah-mudahan Visi Misi PSKQ Modern yang sudah jelas saya nyatakan dan buktikan untuk terus mengkader, membina, melatih dan menebar virus-virus keindahan kaligrafi bisa istiqamah demi idealisme memperjuangkan agama dari tradisi perkaligrafian, dan meningkatkan minat serta mencetak kader -kader kaligrafer yang mumpuni.
0 komentar:
Posting Komentar