Saya sangat sedih karena ternyata kepatuhan manusia dan masyarakat kita kepada Tuhan tidak sehebat dan sekonyong-konyong kepatuhan mereka kepada seorang dokter. Kaum beragama bisa dengan tenang tanpa beban tidak menjalankan ibadah sembahyang selengkap yang Tuhan perintahkan, tetapi mereka tidak berani satu kali pun tidak melakukan apa yang dokter perintahkan.
Bahkan banyak penyembah Tuhan yang puluhan tahun tidak melakukan shalat, tidak zakat, tidak puasa ramadhan bahkan gemar korupsi, tetapi haji berkali -kali sebagai citra. Untuk menumbuhkan kesadaran dan pengakuan agar disebut baik, mereka berbondong -bondong bersedekah agar disebut dermawan, atau berharap agar Tuhan membalas nilai sefekahnya dengan ganti yang berlipat -lipat, mereka menjadikan Tuhan sebagai mitra dagangnya. Ketika dokter memerintahkannya minum obat tiga kali sehari, tidak satu kali pun mereka berani absen meminum obat.
Tidak sedikit yang "mbacot" bahkan bingung, atau tidak benar- benar mempercayai firman Allah yang pernah Allah turunkan dari Zabur, Taurat, injil dan Quran, tetapi tidak sekalipun mereka pernah mempertanyakan hal-hal yang menyangkut pil atau obat yang diresepkan atau diperintahkan oleh dokter. Tidak ditanyakan kembali kenapa obat yang ini, kok bukan obat yang itu. Kenapa obat yang diminum ini puyer kenapa tidak tablet saja, kenapa harus pakai kondom kok tidak langsung saja dan lainnya.
Negara yang tidak pernah bisa menjamin kesejahteraan warganya tetapi kewajiban membayar pajak selalu kita jalankan meskipun harus berbondong -bondong mengikuti tax amnesti atau ampunan pajak karena menunggak membayar pajak.
Tetapi ketika Tuhan sudah kontan memberikan semua fasilitas dan kebutuhan seluruh makhluk di alam semesta, beruba nikmat dan hamparan bumi ini baru kemudian menyuruh membayar pajak atau meminum "Pil Tuhan" dengan menjalankan perintah Sholat saja, dalam rangka bersyukur sekadar dengan meluangkan waktu beberapa menit lima kali sehari, manusia masih terus bertanya: "kenapa harus lima kali sehari? Bagaimana kalau setahun sekali saja. Katanya Tuhan itu maha pengampun. Lha negara saja bisa memberikan ampunan masak Tuhan tidak. Kalau begitu Pensiun saja jadi Tuhan ?"
0 komentar:
Posting Komentar