Assiry gombal mukiyo, 11 Juli 2016
Ada orang yang diuji dengan PASANGAN-nya,
Ada orang yang diuji dengan KEJOMBLOAN KARENA BELUM DAPAT JODOH,
Ada orang yang diuji dengan KESEHATAN-nya,
Ada orang yang diuji dengan BELUM PUNYA MOMONGAN,
Ada orang yang diuji dengan KARIR & JABATAN-nya,
Ada orang yang diuji dengan PARAS-nya,
Ada orang yang diuji dengan KETERPURUKAN-nya,
Ada orang yang diuji dengan KESULITAN REZEKI-nya,
Ada orang yang diuji dengan HIMPITAN YANG BERTUBI,
Ada orang yang diuji dengan KESEDIHAN AKIBAT KEKECEWAAN,
Dan ada juga orang yang diuji dengan ANAK dan KETURUNANNYA.
Jangan pikir hanya kita seorang yang diuji oleh-NYA.
Jangan tanya kepada-NYA, "Ya Allah, mengapa harus aku??? Mengapa semua terjadi padaku ???".
Toh apapun yang menimpa kita adalah bagian dari cara indah dari Tuhan
agar kita lebih indah, lebih merekah dan kebih kuat dari sebelumnya.
Apapun yang kita jalani dan hadapi adalah bagian dari proses alam
"hukum alam" bahwa untuk menjadi kupu -kupu yang indah kita perlu
melalui masa sakit, perih terperi, dan derita yang seakan mendera ketika
dalam proses bermetamorfosis dalam "pekatnya" kepompong.
Entah
yang kita jalani terlihat enak ataupun sebaliknya tetapi semuanya adalah
bagian dari ujian dari Tuhan di ruang-ruang kelas kehidupan yang tidak
tau kapan usainya.
Ketika Allah SWT. memberi beban dipundak,
jangan bertanya mengapa kita diberi yang berat. Tapi mintalah agar
pundak dan bathin ini diberikan tambahan kekuatan dan energi agar kita
lebih kuat dan mampu untuk memikulnya dengan ikhlas lahir dan juga
bathin kita.
Yakinlah akan ada KEMUDAHAN selalu berbarengan
disaat KESULITAN menghadang. Dua kali Tuhan mempertegas dalam firmannya
"fainna ma'al usri yusri yusran, inna ma'al 'usri yusran".
Mengapa Allah Swt dalam al-Quran berfirman, “Inna ma’a al-usri yusra” tidak berfirman, “Inna ba’da al-‘usri yusra?”
Disinilah bukti bahwa Tuhan mendekap dan memesrai kita seakan -akan
membisikkan disetiap telinga kita bahwa Ia bersama kita, Tuhan
membesar-besarkan hati kita bahwa ketika pekat yang kita lalui
sebenarnya ada secercah cahaya Tuhan yang juga mengiringi langkah kita.
Pada ayat tersebut terdapat satu jenis keterikatan dan jalinan hubungan
antara menahan segala kesulitan dan memperoleh kemudahan; artinya bahwa
manusia tidak akan dengan mudah memperoleh kemudahan secara kebetulan
setelah melalui beberapa kesulitan. Karena itu untuk menyampaikan
hubungan antara kesulitan (‘usr) dan kemudahan (yusr) kita memerlukan
sebuah lafaz yang mengandung makna tersebut di dalamnya dan lafaz itu
adalah ma’a.
Ayat dengan lafaz ma’a memahamkan kepada kita bahwa
kemudahan senantiasa disertai dengan kesulitan dan penderitaan. Dengan
menahan kesulitan maka kemudahan secara perlahan akan dapat diraih. Dari
kata ma’a digunakan untuk menunjukkan bahwa kemudahan dekat dengan
kesulitan. Yang dengan melalui proses kesulitan akan menguatkan hati
manusia untuk memperoleh kemudahan.
Bagaimanapun dengan
memperhatikan bahwa setiap pada kesulitan terpendam kemudahan dan setiap
kesusahan tertimbun kesenangan karena itu kedua hal ini senantiasa
bersama dan penggunaan lafaz ba’d tidak akan dapat menyampaikan makna
subtil ini.
Bersahabatlah dengan pekat karena dibalik pekatnya kehidupan selalu ada titik dan celah benderang.
0 komentar:
Posting Komentar