Assiry gombal mukiyo, 22 Mei 2016
Jika waktu kecil saya hanya tahu bahwa ayah saya Bp.Sudiro Yasir yang
seorang Petani membuat ganggang cangkulnya sendiri setiap gagang cangkul
yang ia pakai sudah rusak atau patah. 30 Tahun berlalu berganti dengan
Jaman yang dianggap sebagai peradaban modern, cangkul berganti dengan
traktor yang serba canggih. Kini gagang cangkul menjadi primadona karena
namanya disebut diseatero jagad raya. Ngetop terkenal dan ngartis.
Bagaimana tidak, gagang cangkul yang digunakan sebagai gagang untuk
mencangkul ternyata oleh remaja SMP dipakai untuk memuasi nafsunya
dengan menancapkan gagang cangkul seperti seolah -olah itu adalah batang
kemaluannya.
Entah ini soal tingginya kreativitas dan imajinasi
generasi muda kita atau apa saya tidak tau pasti. Tapi perbuatan
remaja ingusan tersebut mengakibatkan perempuan manis karyawan Pabrik
yang malang itu meregang nyawa dengan gagang cangkul yang masuk 60 cm
kedalam mrs.v tembus ke dada.
Selama ini kaum perempuan
diposisikan sebagai sumber petaka dan biang kerok masalah. Perempuan
korban kekerasan seksual justru dituding yang selalu salah dan
mengundang birahi. Padahal letak birahi atau tidak terletak kepada
mindset berfikir seorang pria. Seorang pria harusnya tidak hanya
mempersoalkan tentang pakaian wanita tetapi juga harus bertitik fokus
pada bagaimana agar tidak memperkosa tetapi dengan menyalurkan nafsu
syahwatnya dengan benar. Upaya pencegahan yang hanya berfokus pada
titik sebelah dan berkutat pada perempuan dilarang mengundang nafsu
pria, Ini seperti domba yang dihadapkan kepada serigala. Jangan hanya
menyalahkan dombanya tapi juga perlu dilihat kenapa serigala main
"tubruk" sembarangan.
Seks itu spiritual meskipun harus dilakukan
seliar apapun, mau sambil nungging, jungkir balik, jumpalitan, atau
terjun dari langit -langit kamar dan berlanjut dengan berguling -guling
di lantai, atau seks sambil renang, sambil apa saja itu hak siapapun dan
tentu seks dilakukan atas dasar suka sama suka dan syah juga secara
agama. Itu yang kurang disosialisasikan sejak kecil sama orang tua, oleh
guru, Ustaz, Kiyai dan Tokoh -tokoh pendidikan kita dan seluruh pihak.
Bahwa tidak ada seks tanpa suka sama suka. Karena jika Seks dilakukan
tidak atas dasar itu maka bisa disebut sebagai pencabulan atau
pemerkosaan. Penilaian terhadap pornografi muncul dari persepsi setiap
individu. Dan ini menjadi berbeda -beda.
Makanya ketika ada yang
memilih memakai jilbab, atau memilih rok mini atau bahkan memilih bugil
sekalipun itu hak mereka, asal tau "papan dan panggonan". Kuncinya ada
pada mindset / cara berfikir laki-laki, kalau laki-laki yang terdidik
bahwa seks itu sakral, dia tidak akan berpikiran ngeres apalagi sampai
memperkosa. Ayam jago saja ketika mau kawin itu perlu merayu, perlu
pendekatan, perlu upaya -upaya tertentu yang dianggap syah oleh bahasa
binatang sehingga akhirnya mau dan syah diajak kawin. Masak manusia yang
derajatnya lebih tinggi dari binatang melakukan cara-cara yang lebih
rendah dari binatang.
Hal ini perlu dukungan berbagai pihak
misalnya DPR sebagai pembuat kebijakan : Buatlah UU untuk meningkatkan
hukuman. Jangan hanya di penjara untuk efek jera tapi upaya preventif
lebih ditekankan.
Buat para
pelaku misalnya dibuat sistem blacklist dan warning dicekal untuk tidak
bekerja di fasilitas anak. Untuk Kepolisian dan Kehakiman : prinsip
penegakan hukum yang tegas dan
penanganan yang khusus untuk korban anak dan perempuan. Jangan sampai
korban takut, malu, segan atau malah mengalami kekerasan baru saat
memerlukan bantuan hukum.
Untuk Pemerintah : kembangkan sistem
pengamanan dan keamanan di sekolah,tempat les, klub olahraga, pondok
pesantren, kursus, SEMUA fasilitas yang menampung anak, termasuk anak
jalanan.
Masyarakat : kembangkan
budaya INGAT dan WASPADA. Jangan biarkan terjadi lagi kasus kekerasan
seksual di lingkungan kita. Pendidikan seks sejak dini BUKAN berarti
mengajarkan seks tetapi mengajarkan untuk melindungi diri.
Orang tua : mari ciptakan sistem pengamanan dan keamanan maksimal bagi anak dan rumah yang memberikan kehangatan bagia anak.
Media : untuk lebih bertanggung jawab atas tayangan yang rentan
propaganda kekerasan dan pornografi/pornoaksi. Tingkatkan
tayangan-tayangan edukatif sebagai unsur media yang paling efektif untuk
menyebarkan informasi kepada masyarakat. Yang lebih serius hentikan
tayangan yang mengandung kekerasan seks dan pornografi serta minim moral
tidak edukatif. Hapus juga sinetron -sinetron yang mempertontonkan
adegan kekerasan dan Seksual.
0 komentar:
Posting Komentar