Sakit memang, berat, terlunta -lunta, terseok, seperti ada gundukan gunung besar di pundak kita. Tetapi yakinlah bahwa Tuhan tidak memberikan beban berat diluar kemampuan kita. Jika hidupmu senang terus, bahagia terus, tidak pernah susah maka sudah bisa dipastikan itu hanya ada di FTV.
Apa sih yang tidak susah dalam hidup ini. Bahkan menikah yang katanya enak justru adalah urusan yang paling susah dan bukan perkara mudah. Mudahnya cuma satu hal yaitu soal kelon (seks). Tentu ini menjadi pengecualian bagi yang impoten.
Saya kadang terbahak ketika ada teman saya yang 'ngebet' segera menikah karena niatnya biar bahagia. Menikah itu bukan soal mencari bahagia, itu konsep yang keliru. Sopo sing wis rabi golek bahagia..? Tak jamin kecewa …
Makanya ada konsep bahwa menikah di lima tahun pertama dijamin goyah… nanti setelah lewat lima tahun stabil, karena konsep nikahnya mencari bahagia.
Ketika sebelum menikah kamu harus menemukan bahagia dalam dirimu sendiri, maka kamu sudah selesai dengan dirimu sendiri. Dan ketika dirimu menikah maka urusannya adalah membagi dan memberi kebahagiaan. Mau kamu mendapat kebahagiaan dari pasanganmu atau tidak itu tidak ada masalah karena hatimu sudah berlimpah -limpah penuh bahagia, kamu yang memberi bahagia dan kebahagiaaan bukan yang butuh kebahagiaan.
Jadi ketika posisimu oleh Tuhan diskenariokan menjadi tiang penyangga maka jadilah tiang penyangga yang kokoh, yang tidak perlu menjadi pengeluh atas seluruh beban yang ditimpakan kepadamu.
Coba bayangkan jika seluruh tiang bangunan yang ada di dunia ini protes karena merasa lelah dan mengeluhkan bebannya maka bisa dipastikan tidak ada bangunan tinggi yang kokoh menjulang.
Jadi apapun kita, menghadapi masalah apapun dalam hidup ini yakinilah semua itu adalah peran dan skenario Tuhan yang harus kita jalani dengan baik dan ikhlas.
0 komentar:
Posting Komentar