assiry gombal mukiyo, 2016
Adanya
gerakan anti-konde yang dianggap sebagai "kurang Islami" dan "tidak
syar'i" semakin menambah daftar kasus "ke-lebay-an" umat Islam
Indonesia. Islam sebetulnya adalah "agama intelek" yang sangat inovatif
dan menghargai kreativitas berfikir umatnya. Tetapi gara-gara
tingkah-polah sebagian kaum Muslim yang "unyu-unyu", Islam kemudian
tampak seperti "agama unyu" yang hanya mengurusi masalah remeh-temeh
seperti konde, pakaian, rambut, label, klenik, pembakaran patung budaya,
kerudung dan celana dalam bersertifikasi halal, dan lainnya.
Al-Qur'an
berisi ajaran dan wacana yang maha luas dengan topik-topik bahasan yang
beraneka ragam. Enam ribuan ayat-ayat dalam Al-Qur'an berbicara beragam
isu dan tema: sejarah, kebudayaan, pendidikan, pengetahuan, teknologi,
pluralitas suku-bangsa, kemajemukan agama, sosial-kemanusiaan,
kemiskinan, kebodohan, lingkungan hidup, pelestarian alam, moralitas,
kepolitikan, keadilan sosial, Seni dan masih banyak lagi, bukan melulu
soal ritual, alam akhirat, siksa kubur, surga-neraka.
Tetapi,
lagi-lagi, oleh sejumlah kelompok Islam "tengil" dan unyu-unyu tadi,
fakta-fakta dan perspektif Al-Qur'an yang maha luas tadi telah "dibajak"
dan "dikorupsi" menjadi "dokumen dunia lain" yang seolah-olah tidak
membumi sama sekali. Al-Qur'an yang merupakan "korpus terbuka" dengan
aneka ta'wil & tafsir yang fleksibel dan dinamis kemudian menjelma
menjadi "korpus tertutup" yang kakum buntu, anti-perubahan dan
kemodernan. Ruh atau spirit Al-Qur'an yang membebaskan umat manusia dari
belenggu kemerdekaan berfikir itu kemudian berubah menuju arah
sebaliknya: dari manusia merdeka menjadi manusia-manusia yang mandeg deg
tanpa kreativitas intelektual dan inovasi spiritual-kebudayaan karena
semua itu dianggap sebagai "kafir", haram, bid'ah, sesat, tidak relijius
dan klaim-klaim omong-kosong lain yang "ndeso".
Pelan
tapi pasti, sejumlah umat Islam dewasa ini menjadi tampak "antik"
karena hidup di alam modern tetapi pola-pikir dan tingkah-polahnya
seperti "makhluk purba" di zaman batu.
Keraton dan Walisongo
mempunyai peran besar terhadap penyebaran Islam di tanah Jawa. Sekaten
yg sampai saat ini masih diadakan di keraton Surakarto dan Ngayogyakarto
Hadiningrat merupakan bukti bagaimana Islam disebarkan di tanah Jawa
dengan pendekatan seni budaya dengan indahnya. Perayaannya dibuat sangat
menarik dengan diadakan pasar malam hampir 1 bulan, dimainkan gamelan
khusus ( Kyai Guntur Madu, Kyai Nogowiloyo dan Kyai Guntur Sari)
beberapa hari sebelum 12 Rabiul Awal/Maulid Nabi. Puncak acaranya adalah
dengan Gerebeg Gunungan yg terdiri dari sayur dan buah hasil bumi.
Perayaan Kelahiran Nabi Muhammad seperti sekaten ini tentu tidak ada di
Arab sana karena ini kearifan lokal leluhur kita. Acara ini diikuti oleh
keluarga keraton dan abdi dalem yang kebanyakan tidak berjilbab tetapi
berkonde.
Ini
asumsi saya saja semoga tidak benar, mungkin karena angka pengangguran
kita terus meningkat jadi saya sedikit memaklumi mereka yang masih
kencur itu seolah mendapat wahyu dari Allah langsung untuk mengatakan
bahwa konde itu haram. Soalnya akhir -akhir ini banyak yang tiba -tiba
ngetop karena mengaku mendapat wahyu, kemudian mendadak jadi Imam Mahdi,
jadi pengawal malaikat Jibril, atau pengganti Isa Al Masih.
Asumsi kedua mungkin mereka mengira sudah pernah ketemu Nabi, terus dijadikanlah Nabi sebagai referensi utama.
Dan
asumsi saya yang ketiga adalah mungkin mereka pernah piknik ke akherat
jadi mereka tahu tentang siapa-siapa yang pasti masuk neraka,
ditunjukkan juga dosa-dosa dan laknat disana terus punya kewajiban untuk
menakut-nakuti yang belum pernah jalan -jalan ke negeri akhirat.
0 komentar:
Posting Komentar