Bahkan menjelang meninggalpun Umar masih merasa menyesal bahwa masih banyak rakyat yang belum bisa dijenguknya terutama yang jauh dari Madinah misalnya di Mesir dan Irak. Kekhalifahan di bawah Umar telah menjadi pemerintahan terbesar di dunia saat itu, tapi itu tidak menjadikan Umar bergelimang dalam kemewahan. Bahkan dia lah yang memulai dibentuknya Baitul Maal (Kementerian Keuangan) untuk mengumpulkan dana agar bisa dibagikan lagi kepada seluruh masyarakat, dalam dunia modern disebut "welfare state". Semua uang yang dikumpulkan tahun itu harus dihabiskan tahun itu pula untuk kesejahteraan masyarakat.
Konsep welfare state ini lah yang seharusnya diterapkan di semua negara termasuk Indonesia. Di jaman Khalifah Umar bin Khatab, orang miskin dan terlantar mendapatkan bantuan termasuk yang non muslim. Ketika ada kelaparan atau wabah, negara menyediakan makan untuk rakyatnya dan pengobatan massal. Ada tunjangan buat anak-anak dan uang pensiun buat para Lansia (lanjut usia).
Konsep ini justru sekarang diterapkan maksimal di Eropa Barat dan Amerika Serikat. Bagi para pengangguran atau sakit, digaji setidaknya 8 juta rupiah di Eropa Barat, sedangkan di Amerika mendapatkan Food Stamp yang bisa ditukarkan sembako. Ada banyak bantuan sosial buat anak dan orang tua, pensiun pun diatur negara dengan sangat rapi.
Bagaimana dengan di Indonesia " Dlongop bin dlohom" yang miskin dipelihara turun temurun. Dari mulai kakek, Bapak, anak, cucu, cicit dan seterusnya miskin semua. Inilah makna dipelihara. Sementara di negara-negara mayoritas Islam, konsep welfare state banyak dilupakan, yang miskin dan terlantar dibiarkan menemui kematiannya sendiri. Bahkan banyak yang mati kelaparan sementara yang lainnya bermewah -mewah dan berlimpah makanan. Di negara yang kaya sumber daya alam seperti minyak bumi, sebagian besar kekayaannya hanya untuk raja dan keluarganya, rakyat hanya kebagian sisa-sisa, berbeda jauh dengan Umar yang bahkan keluarganya pun tidak boleh menerima fasilitas negara, tempat tinggalnya hanya rumah kecil dari lumpur, bajunya cuma satu itupun ditambal sana sini. Bahkan ketika utusan dari Persia datang untuk membayar pajak, mereka sangat terkejut melihat Umar yang tidur di emperan masjid bersama dengan kaum miskin Madinah. Umar bahkan berucap, jika ada anjing lapar di tepi sungai Eufrat, maka itu kesalahan Umar.
Mereka yang membenci Umar menjadi gigit jari karena Beliau fimakamkan bersebelahan dengan Rasulullah Muhammad SAW. ini bukan sebuah kebetulan tapi karena derajat yang tinggi yang diberikan Allah atas perjuangan Umar dalam mengemban amanah yang berat pada saat itu. Islam setelah masa Khulafaurrasyidin telah menjadi sekadar pemanis bibir dan nyinyir.
0 komentar:
Posting Komentar