Assiry gombal mukiyo, 21 Januari 2016
Bukan sebuah rahasia lagi jika ada perbedaan dalam menangani pasien
BPJS dan pasien regular di beberapa Rumah Sakit di Indonesia. Pasien
dengan kartu BJPS seringkali dianggap kelas nomor terakhir atau pasien
serep, artinya Kalau ada pasien yang bisa bayar tanpa BPJS tentu pasien
yang berbayar BPJS dikesampingkan. Tidak sedikit Rumah sakit yang bilang
kamarnya penuhlah, atau alibi apa saja untuk menolak pasien BPJS. Dan
kasus ini sangat sering terjadi.
Walaupun berita-berita seperti
ini sering diekspos oleh media-media mainstream, Namun pemerintah
terkesan diam dan anehnya, kejadian seperti ini selalu saja terulang
bahkan terjadi di beberapa rumah sakit ternama. Saya pun pernah
mengalami sendiri waktu anak saya Sulthan Katiby Al Hakim mau operasi
kepala karena pendarahan setelah jatuh dari tangga. Pihak Rumah sakit
Mardirahayu Kudus Jateng, terkesan lamban dalam menangani anak saya.
Bahkan dokternya sendiri yang maaf tidak perlu saya sebutkan namanya
juga menolak untuk mengoperasi anak saya jika saya pakai BPJS. Dengan
dalih pembayaran jasa operasi dari BPJS yang diberikan kepada Dokter
tersebut lama dan terkadang berbelit-belit.
Jika waktu itu saya menggunakan BPJS mungkin anak saya akan mengalami
nasib yang saya tidak bisa bayangkan. Meskipun saya harus banting tulang
untuk membayar beaya operasinya yang
sangat mahal itu yakni 45 jt belum termasuk beaya ronsen kepala dua
kali sekitar 7,5 jt. Apalagi hanya dikasih batas waktu yang terlalu
mepet, seminggu dibayar dua kali dan harus lunas sebelum anak saya
dipulangkan dari Rumah Sakit.
Saya bersyukur sekali karena pada
waktu itu ada pekerjaan kaligrafi yang lumayan banyak meskipun tetap
saja tidak cukup akhirnya saya menggadaikan BPKB Motor Vario di FIF
untuk membantu beaya operasi yang selangit itu.
Saya jadi sedih
jika membayangkan keluarga Robby Marua Nayya, warga Lebak yang
keponakannya terjangkit Demam Berdarah Dengue (DBD) dan muntaber. Di
akun facebooknya, Robby menuturkan, Bahwa pihak rumah sakit MISI
Kabupaten Lebak, telah lalai dan berbelit-belit perihal administrasi
pasien BPJS. Karena lamanya proses administrasi, keponakannya yang sudah
dalam masa kritis akhirnya muntah darah hingga kemudian meninggal
dunia.
"Keponakan tersayangku akhirnya harus meninggalkan aku
untuk selama2nya,ini semua akibat kelalaian pihak RS.MISI kab.lebak yg
terlalu berbelit2 mengenai administrasi BPJS yg sm skl tdk berpikir dulu
utk mengambil tindakan medis menyelamatkan nyawa manusia.Dari pukul 4
subuh sampai pukul 6.30 WIB sm skl tdk ada tindakan medis bahkan menjadi
tontonan para perawat tanpa rasa ada peduli sekalipun keponakan aku sdh
banjir darah." tulis Robby Marua Nayya.
Kemudian setelah status
"menyedihkan" disertai beberapa foto keponakannya yang berdarah-darah
diupload di Facebook, Para netizen ikut berbela sungkawa dan mendukung
aksi Robby untuk mengusut tuntas masalah ini.
Nakalnya rumah sakit
demi keuntungan semata, menjadikan rakyat kecil yang selalu menjadi
korbannya. Program dan kebijakan Pemerintah yang cenderung asal-asalan
tanpa sistem pelayanan yang baik menjadikan BPJS hanya sebagai pintu
masuk menuju kematian.
Masihkah ada nurani dan akal sehatmu wahai
para Pemimpin Negeri. Jika engkau memang ingin menolong karena nilai
kemanusiaan mbuk ya jangan terlalu itung-itungan. Bukankankah pelayanan
kesehatan adalah tanggung jawab dari Pemerintah. Tuhan saja mengajarkan
memberi fasilitas terlebih dahulu dengan menciptakan bumi dan alam
semesta ini untuk kesejahteraan manusia baru memberikan perintah untuk
taat dan beribadah kepadaNya. Lha ini Pemerintah bisanya malah jadi
beban penderitaan wong cilik, sudah ndak bisa ngasih fasilitas tapi
narik pajak. Ndak pantas sekali kalau sampean disebut Pemerintah.
Pesan saya untuk Rumah Sakit, pokoknya jangan pernah ada lagi anggapan
bahwa BPJS itu kepanjangannya "Bikin Pasien Jadi Susah" apalagi jika
anda menganggap bahwa pasien BPJS adalah kelas nomor sekian dibandingkan
dengan pasien yang bisa bayar tunai. Saya kutuk kalian jadi kodok.
Jika memang masih ada anggapan seperti itu dan tidak adanya perbaikan
sistem pelayanan yang lebih baik alangkah bijaknya jika program BPJS
yang amburadul ini dihapus agar tidak menimbulkan madharat yang lebih
besar di masyarakat.
0 komentar:
Posting Komentar