Jika Rasulullah 14 abad silam telah menganjurkan carilah ilmu walau sampai negeri China, maka Indonesia patut belajar pada mereka tentang dunia internet.Jika saya bahas sedikit tentang peta perkembangan internet yang "Ruarr biasa " ini tentu Cina adalah yang paling yahud.
China dengan penduduk 1,4 M menutup semua akses konten asing masuk ke negaranya, dan dia juga kiblat IT yang cukup ditakuti barat karena resources penduduknya yang luar biasa. Dengan kebijakan tersebut, otomatis konten asli anak negeri seperti Baidu, atau Weibo naik rating.
Facebook sendiri masih kalah karena penggunanya diseluruh dunia masih 1.3 M sedangkan China 1.4 pengguna medsos lokalnya. Sedangkan di Indonesia konten-konten lokal tidak menjadi raja di negeri sendiri.
Bahkan Jokowi dalam suksesi kampanyenya saat mencalonkan menjadi Presiden menghabiskan 2 Milyar untuk iklan selama 2 hari di beranda Facebook. Beberapa hari dia menjabat, sudah mengundang Mark bertandang ke Indonesia, tak lain karena Indonesia merupakan pasar yang amat menggiurkan di masa-masa yang akan datang. Lalu, bagaimana nasib medsos-medsos lokal buatan anak asli nusantara? "Ajor mumur" tidak mendapatkan tempat di kandangnya sendiri yakni " kandang Indonesia".
Mark, tidak pernah membayar pajak di Indonesia karena kantor Asia-nya ada di Singapura. Masyarakat Indonesia masih belum bangga dengan produk-produk lokal, lalu mau sampai kapan keterjajahan ini dibiarkan?
Apakah anda tidak menyadari bahwa Indonesia sampai detik ini masih dijajah. Merdeka cuma statusnya tapi pola pemerintahan dan cara menjalanakan pemerintahan semuanya asing yang mengakomodir.Dan mayoritas kita tidak menyadarinya. Hal ini bukanlah suatu masalah, namun yang teramat urgen secara tidak sadar
Bangsa Indonesia membuka pertahanannya dengan sering upload situasi-situasi yang terjadi apalagi saat bencana, mereka tidak perlu mengirim tim untuk menolong dan menggambar peta Indonesia.Itu baru soal produk internet asing yang dipakai oleh Indonesia belum produk asing lainnya. Bahlan berdasarkan peta hampir seluruh pulau di Indonesia semua aset dan kekayaan kita diolah oleh asing khususnya amerika dan rakyat kita menjadi gelandangan di rumah sendiri. Kalau saya bahas disini tentu berpuluh -puluh alenia dan mungkin menjadi buku ketika menjabarkan tentang kekayaan bangsa ini yang habis dikeruk asing bahkan lebih "parah" dari pada itu.
Mohon maaf anda Jangan tersinggung jika saya mengatakan Indonesia sekarang ini bukan negara tapi lebih mirip seperti anak perusahaan Amerika ketika saya melihat dari prakteknya bernegara.Saya sebut " Amerika cabang Indonesia" begitulah tepatnya. Saya tidak memakai kata kira -kira ini betul -betul dan saya tidak dalam keadaan mabuk atau lagi ngelindur (ainu al haq).
Semua kekayaan yang terkandung di Negeri ini hampir semua sudah dikuasai asing Khususnya Amerika.
Letak persoalannya sebenarnya adalah pola demokrasi yang cenderung "ngawur". Sebut saja misalanya anda bisa memilih kerikil, atau bahkan tai untuk bisa dipilihkan menjadi presiden.
Kita hanya memilih calon presiden yang sudah dicalonkan oleh parpol tanpa kematangan "mekanisme demokrasi" yang meletakkan emas di tempat emas dan kerikil atau tai di tempatnya juga.Tidak adanya identifikasi bagaimanacara memilih apakah itu presiden yang memiliki kapasitas dan kualitas sebagai emas atau presiden yang mempunyai kapasitas hanya sebagai kerikil atau tai.
Anda hanya dipilihkan antara tai dan kerikil tanpa ada semacam tes atau kematangan identifikasi yang jelas secara akurat apakah pemimpin yang kita pilih itu pantas untuk kita sebut sebagai emas, padahal kenyataannya adalah tai dan kerikil. Dan apa boleh buat kita dipaksa mengakui dan menyebut bahwa tai yang kita pilih itu adalah emas.
0 komentar:
Posting Komentar