Assiry gombal mukiyo, 21 Juni 2015
Di Semper, jakut saya lihat dengan mata saya sendiri peristiwa yg mengenaskan dan terekam di memori saya. Saat itu sedang dilakukan renovasi rumah ibadah karena kebetulan saya diundang untuk menulis kaligrafi. Tidak saya sangka di lorong kecil sebelah rumah ibadah tersebut bayi yg baru lahir beberapa hari meninggal kedinginan karena rumahnya yg ukuran 2 X2 meter dan terbuat dari kayu seadanya tersebut bocor. Waktu itu saya berandai- andai, kalau saja 1 sak semen dari ratusan sak untuk pembangunan rumah ibadah yang megah tersebut digunakan membantu, mungkin satu nyawa bayi bisa diselamatkan.
Kita sering salah kaprah dalam mengartikan perhitungan amal ( amal itung- itungan) misalnya kalau orang meninggal hanya 3 yang ditinggallan , pertama amal jariah , kedua doa anak yg soleh dan yang ketiga ilmu yang bermanfaat. Celakanya Amal jariah diartikan dengan sebanyak- banyaknya membangun rumah ibadah.
Menurut hemat saya jika rumah ibadah cukup memadai tidak perlu menambah sampai berlebihan, tengok sekelilingnya, jangan sampai sebelah rumah ibadah yang lagi dibangun ada bayi mati karena bangunanya lebih darurat dari kandang kambing, dan tentu banyak kasus -kasus lainnya yang jauh dari perhatian kita.
Masjid, Musholla dan semacamnya adalah tempat ibadah yang sudah semestinya menjadi pusat kegiatan untuk hablun minannaas (ibadah horizontal).
Sudah waktunya Masjid, Pura, Gereja, Vihara, Kelenteng sebagai sentra untuk membantu yang miskin dan papa dan terlantar, sebagai tolok ukur keberagamaan sebuah bangsa.
Maka dari itulah islam bisa rahmatan lilalamin, kristen bisa bercinta kasih, hindu bisa bertrihita karana dan Buddha bisa berdharma. Indahnya kehidupan ini.
0 komentar:
Posting Komentar