Assiry gombal mukiyo, 03 Juni 2015
Lihatlah.....tidak ada jaminan apapun bahwa seseorang yang kaya sekalipun dia pasti bahagia.
Yang kere ( miskin), dan apapun itu bentuknya apa juga tidak bisa menemukan celah untuk mencicipi kebahagiaan?, tetap saja ada masalah yang harus dihadapinya, pusingnya sama, mumet dan kemut -kemutnya sama, baik yang kaya maupun si miskin. Hanya konteksnya saja yang berbeda.
Yang banyak pekerjaan maupun yang nganggur, pejabat tinggi maupun rendahan, yang asongan maupun penghuni kerajaan, mereka memiliki dimensi kesulitan dan masalahnya masing -masing.
Tetapi ketika pada garis obyektifnya bahwa anda bahagia apa tidak, mumet apa tidak, pusing apa tidak, galau apa tidak, pahit apa tidak. Tidak ada tolok ukur bersama. Semua tergantung anda dalam menemukan Tuhanmu yang katanya dekat bahkan lebih dekat dari urat nadimu sendiri.
Maka Bahagia sejatinya kapanpun bisa engkau pilih dan temukan. Yang pahit menjadi manis, yang susah menjadi sebuah kesenangan.
Sehingga tidak ada apapun yang engkau sebut sebagai sebuah derita dan kesulitan hidup.Karena sesungguhnya yang ada hanyalah kemudahan -kemudahan yang kita jalani. Jika ada kesulitan yang kita hadapi pasti selalu beriringan dengan kemudahan dan jalan keluar ( inna maa al 'usri yusran) QS. Al Insyirah: 6.
Sehingga kita terhindar dari dua sifat tercela yang Tuhan firmankan dalam QS. Al Maarij 19- 21: (inna al insaana khuliqa haluu'an) sesunguhnya manusia diciptakan bersifat suka berkeluh kesah dan kikir.
Dalam ayat ke 20 disebutkan suka berkeluh kesah ketika mendapatkan kesusahan (Idza massahu assyarru jazuu'an) dan dilanjutkan ayat ke 2, lupa diri/ kikir ketika mendapatkan keberhasilan/ kesuksesan ( waidza massahu al khairu manuu'an).
Berbahagialah selalu atas keadaan apapun yang kita jalani, karna bahagia itu pilihan.
0 komentar:
Posting Komentar