Assiry gombal mukiyo, 18 Juni 2015
Di pojok jembatan penyeberangan depan Pasar Festival , Jaksel ada
seorang nenek tua yang jualan, kadang jualan mangga, kadang jualan
jambu, kadang jualan rempeyek, dsb. Kalau mau beramal , belilah dagangan
nenek yang berjualan seperti itu. Beli 10 ribu, walaupun harganya cuma 5
ribu, jangan minta kembalian.
Ada juga nenek yang jual teh, kopi,
dan snack di sekitar Mall Ambassador, belilah dagangan mereka. Daripada
uangmu engkau habiskan untuk beli kopi Starbucks 30 ribu dan memperkaya
kapitalis yang sudah kaya raya, belilah teh atau kopi mereka yang cuma 3
ribu, kasih 10 ribu atau 20 ribu jangan minta kembalian. Kalau ketemu
ibu-ibu pemulung di kompleks perumahanmu apalagi yang mengajak anaknya
memulung, berilah mereka 10 ribu atau 20 ribu, kalau dia membawa
anaknya, kasih ke anaknya agar ibunya tidak merasa malu. Mereka berjuang
dengan sebaik-baiknya walaupun miskin dan pantang mengemis.
Kalau
di daerah saya tepatnya di pasar kliwon Kudus ada Kakek tua yang
berjualan sapu lidi dan beberapa mainan kertas di pojok selatan pasar,
belilah sapu atau mainannya meskipun rumahmu tidak perlu sapu lidi
untuk menyapu dan lain sebagainya anda bisa cek sendiri lokasi didaerah
anda masing -masing.
Di jembatan yang sama di depan Pasar
Festival, ada ibu-ibu lebih muda yang mengemis, membawa anak yang selalu
tidur, jangan pernah memberi pengemis yang seperti itu. Pertama karena
eksploitasi bayi yang tidur dengan dikasih obat kimia dan tentu
membahayakan perkembangan IQ dan mental anak. Kedua mereka menjadikan
pengemis sebagai sebuah pekerjaan bukan sebagai jalan terakhir.
Terkadang di pengajian-pengajian, ada Kiyai, ustadz atau habib yang
meminta anda beramal kepada mereka meskipun tidak semua kiyai, ustadz
atau habib seperti itu. Jangan pernah terayu oleh tipuan mereka. Mohon
jangan salah artikan maksud saya karena kalau anda mau beramal itu lebih
baik langsung kepada sasaran yang tepat seperti kepada yang miskin,
dhuafa dan terlantar langsung, bukan lewat mereka. Kalau anda beramal ke
ustadz atau habib, itu mayoritas untuk membiayai pembangunan rumah
mereka, untuk memperbesar jaringan bisnis pesantren mereka, kadang juga
biaya hidup istri kedua, ketiga atau keempat mereka, atau untuk membeli
mobil mewah yang mereka tunggangi.
Beramal itu baik, tapi
beramallah dengan strategi. Niat anda mungkin beramal, tapi kalau anda
tertipu, itu namanya bodoh. Beramallah kepada orang-orang yang mau
berusaha, yang malu untuk meminta-minta. Beramallah kepada orang-orang
yang berjuang dengan sebaik-baiknya, semulia-mulianya.
Dari berbagai
pengalaman hidup saya, cara terbaik beramal adalah dalam bidang
pendidikan. Karena dengan pendidikan, yang dirubah adalah pola pikir,
jaringan kesuksesan, dan kemauan untuk maju. Tidak perduli pada dasarnya
manusia itu pintar ataupun bodoh, tapi kalau mau berusaha dan belajar,
pasti ada banyak cara untuk menjadi pintar dan berhasil.
Maaf
saya juga tidak bermaksud pamer, sudah banyak yang saya bantu dalam
bidang pendidikan dan akhirnya mereka setidaknya bisa mandiri dan banyak
yang bisa membantu orang lain. Saya melakukan sebisa yang saya mampu,
misalnya dengan mendirikan gubug PSKQ Modern sebagai tempat pengkaderan
Kaligrafer dan seniman muslim dengan menggratiskan tenaga, fikiran, ide
dan apapun yang saya miliki untuk siapapun yang belajar di gubug PSKQ
tanpa sepeserpun meminta, mengemis sumbangan dan semacamnya meskipun
harus mengorbankan apapun kepentingan untuk diri sendiri dan bahkan
kebahagiaan keluarga saya sendiri.
Bantuan seperti inilah yang menurut
saya akan jauh lebih berguna dan tidak hilang begitu saja. Kalau saya
boleh membahasakannya harus dibedakan antara bantuan ad hoc dan bantuan
strategis. Bantuan strategis dalam bidang pendidikan ini pun bukan hanya
dalam bentuk uang, tapi juga diskusi, motivasi, dan bimbingan apa saja
sesuai dengan talenta dan bidang anda masing -masing. Anda tukang jahit
misalnya kemudian anda mengajarkan orang lain menjahit gratis itu lebih
strategis daripada hanya memberikan uang.
Saya bukan orang yang
kaya, jadi channeling amal itu harus strategis, bahkan jika saya kaya
raya pun, amal saya pun pasti strategis meniru cara beramal Bill Gates
atau Elon Musk. Mereka tidak beramal dengan memberi orang uang begitu
saja, tapi fokus menyelesaikan masalah-masalah penting dunia seperti
kesehatan, pendidikan, teknologi, kebudayaan dsb.
Amal adalah
cara
terbaik manusia untuk membahagiakan dirinya sendiri dan orang lain,
karena hanya dengan berbagi kebahagiaan lah manusia akan menjadi lebih
bahagia. Dan salah satu cara terbaik untuk menjadi bahagia dan membagi
kebahagiaan adalah dengan berbagi ilmu dan pendidikan.Masalah orang lain
berterimakasih atau tidak atas tindakanmu, itu bukan hal yang perlu
dirisaukan.
Teruslah berbagi ilmu, sedekahkan pengetahuan dan keahlian anda sampai
engkau tidak tahu seberapa besar yang engkau berikan. Karena hakikatnya
harta kita yang sesungguhnya adalah bukan uang melainkan apa yang sudah
kita berikan sebesar -besarnya untuk kemanfaatan orang lain.