Saya menyebut proses belajar di PSKQ Modern sebagai proses metamorfosis Santri -santri PSKQ yang lebih suka saya anggap bukan sebagai Santri atau murid saya, tetapi lebih kepada teman atau karib.
Mereka adalah ulat yang mengliat-nggliat yang sedang mengepompongkan dirinya agar kelak menjadi kupu-kupu yang menawan hati.
Kepompong sendiri mewakili sebuah siklus kehidupan. Saat ulat menjadi kepompong, dia hanya diam tidak bisa pergi kemana-mana dan begitulah seharusnya Santri -santri yang belajar mengepompongkan bagi ilmu yang diimpikannya. Selanjutnya, dia bahagia dan keluar dari kepompongnya saat menjadi sesuatu yang diimpikannya itu.
Ulat tidak pernah tertipu terhadap dirinya sendiri. Ulat juga tidak mungkin keluar dari kepompongnya sebelum ia betul -betul telah siap dan menjelma menjadi kupu -kupu.
Justru kita ini yang cenderung suka menipu diri sendiri. Suka tertipu akan proses kepompong kita sendiri.
Kita menganggap diri kita sudah menjadi kupu -kupu padahal sebenarnya masih berupa ulat. Kita ingin sesegera mungkin melewati proses kepompong itu. Padahal proses itu adalah sebuah keniscayaan. Bersabarlah seperti sabar dan pasrahnya seekor ulat ketika ingin menjadi kupu-kupu.
Tidak banyak orang yang tahu bahwa manusia juga memiliki siklus hidup yang sama dengan kupu-kupu. Ada kelahiran, ada pertumbuhan yang dikuasai nafsu dan keegoisan, keangkuhan, ada kematian sementara karena kegagalan -kegagalan tertentu, kemudian kebangkitan yang mengagumkan. Kebanyakan orang tidak mencapai bentuk sempurnanya, kecuali orang-orang yang pernah masuk ke Kastil kehidupan Kupu-kupu.
Membaca fenomenologi metamorfosis akhir kupu-kupu. Pikiran kita akan menemukan cakrawala baru tentang proses luar-biasanya. berproses dari ulat menjadi kepompong dan kepompong menjadi kupu-kupu. Ulat adalah hewan yang menjijikan. Banyak manusia merasa tidak nyaman jika mendekatinya. Dalam hal ini sang pencipta ulat, mencurahkan hak penuh padanya untuk mencari jalan keluar menuju hidup yang harmonis bisa bergaul/ berinteraksi dengan yang lain berprestasi dan menebarkan kemanfaatan.
Seekor ulat berani berspekulasi ‘berpuasa’/ tirakat, untuk berubah total wujud demi cita-citanya yang tidak mungkin terwujud. Tetapi dengan keyakinan, keteguhan, ketekunan, optimis pada dirinya ulat melakukan ‘kontemplasi’ untuk sukses dalam revolusinya, dan ternyata berhasil menjadi mahluk mulia. Entah menjadi Seniman , Kaligrafer, Presiden, Menteri, Pengusaha atau apapun saja yang yang anda diimpikan.
Sinergi dengan filosofis kehidupan manusia, bahwa dalam rangka meniti perjalanan hidup ia harus mampu mengkonstruksi, merubah adat kebiasaan yang negatif. Seperti jika anda menjadi Santri di Kepompong sebuah Kampus /Pesantren misalnya: makan sekenyang -kenyangnya, tidur sepuas - puasnya, waktu yang terbuang hanya untuk main -main, hura-hura, Ngobrol ngalor -ngidul, ketawa -ketiwi, sehingga lupa pada fokus awal bahwa sekarang anda sedang menjalani proses metamorfosis itu.
Anda harus berani merevolusi diri total seperti halnya kupu-kupu. Jika anda dalam proses mencari kesejatian ilmu misalnya, anda harus bisa "sendiko dhawuh" artinya mengikuti perintah dan petuah guru. Setiap Guru itu menuntun jalan pembahagiaan dari jutaan jalan yang penuh liku, ini tidak mudah. Banyak guru yang harus mengorbankan waktunya, kesenangannya bahkan mengabaikan waktu untuk keluarganya hanya untuk membimbing dan mengarahkan Santri/Mahasiswany agar kelak ulat-ulat itu betul -betul bisa berubah menjadi kupu-kupu yang penuh warna.
Meskipun justru kadang ada saja murid yang membalas jasa seorang Guru dengan makian, gunjingan yang kotor dan merendahkan gurunya. Naudzubillah.
Manusia lebih sempurna dari pada kupu-kupu, yang berstatus sebagai binatang. Manusia dibekali hati dan akal untuk berfikir bagaimana merubah dirinya dan menggunakan fikiran untuk belajar membaca kesuksesan alam. Menggunakan fikiran untuk membaca bagaimana ulat menjadi kepompong, bagaimana proses panjang kepompong menjadi kupu-kupu yang indah dan mempesona. Dengan akal fikiran pasti manusia mampu mencerna, mencermati perubahan signifikan alam, sehingga bisa menerapkan nilai-nilai tersembunyi dari alam pada dirinya.
Bagi saya, hidup bukan hanya sekedar bertahan hidup. Ketika kita hidup tidak bertumbuh, tidak berkembang, tidak bisa menaburkan kemanfaatan kepada sesama maka pada hakekatnya kita sudah mati.
Ilmuwan paling terkemuka abad-20, Albert Eisntein mengatakan, "Hanya orang-orang gila yang mengharapkan hasil berbeda tetapi menggunakan cara-cara yang sama."
Illustrasi:
Bukti nyata begitu beratnya proses metamorfosis Santri -Santri PSKQ yang detail dan padat dalam belajar kaligrafi, batik, Bahasa Arab Inggris, Ngaji Kitab / Al Quran, belajar nagham Tilawatil Quran, praktek kaligrafi dinding dan kubah Masjid, Praktek Seni Rupa di PSKQ Modern.
Bagi Santri PSKQ Modern yang lolos dari proses kepompong maka jadilah ia kupu -kupu yang penuh pesona karya-karyanya.
0 komentar:
Posting Komentar