Jauh sebelum ada Raden Ajeng Kartini, ijinkan sedikit saya " ndobol" sejenak, bercerita dan berceloteh, bahwa ada seorang Ratu di nusantara ini yang tersembunyi dari sejarah Indonesia. Dialah Gayatri Istri Mahapatih Gajahmada.
Wanita adalah tiang negara"annisau imad al bilad.
Ungkapan bijak ini seolah menjadi pegangan Gayatri Sri Rajapatni, istri Raden Wijaya, pendiri Majapahit dan ibu Ratu Tribhuwana. Bahkan bukan sekadar tiang, tapi juga sumber spirit kejayaan Majapahit. Wanita cantik, cerdas dan penuh kasih ini adalah inspirator tiap langkah Mahapatih Gajah Mada.
Gayatri Sri Rajapatni adalah anak Kertanegara raja terakhir Singhasari. Putri berdarah biru kelahiran Tumapel ini berparas cantik, berpikiran cerdas dan memiliki watak penuh kasih.Dia digambarkan mewarisi kecantikan Ken Dedes, nenek buyutnya yang memiliki kodrat rareswari, atau wanita maha cantik yang dapat menurunkan raja-raja.
Seperti sang nenek yang menjadi sumber inspirasi Singhasari, Gayatri Rajapatni juga menjadi sumber semangat Majapahit. Perempuan yang berada di balik kejayaan Majapahit. Gayatri menjadi sosok sentral yang membawa Majapahit menjadi imperium terbesar di Nusantara.Namun ironisnya keberadaannya hampir tak tersentuh kajian historis konvensional.
"Rumangsamu" tanpa Gayatri Gajahmada bisa sehebat itu. Sehinga Gajah Mada terkenal dengan sumpah palapanya yang bisa mempersatukan bumi nusantara. Gayatri memiliki pemikiran mendalam mengenai kerajaan Majapahit. Dia berhasil mendekati Gajah Mada dan memasukkan pemikiran-pemikirannya ke pemikiran Gajah Mada. Secara tidak langsung, Gayatri dan Gajah Mada lah sosok yang membesarkan Kerajaan Majapahit. Gayatri melalui pemikirannya dan Gajah Mada melalui tindakan dan eksekusinya. Mereka tidak terpisahkan satu sama lainnya secara substansi.
Tanpa Gayatri saya yakin Gajah Mada " loyo" tidak memiliki gairah apapun untuk ikut menentukan kejayaan Majapahit pada waktu itu. Sementara gajah Mada yang bersifat keras menjadi lembut dan bijaksana karena dibimbing Gayatri dengan penuh kesabaran. Alhasil, Gajah Mada mampu menjadi Mahapatih yang dipercaya dan bahu membahu dengan Ratu Tribhuwana serta Gayatri demi membangun Majapahit.
Saya tidak mengesampingkan begitu besarnya jasa RA.Kartini untuk bangsa ini. Tapi ingat, di negeri ini bukan hanya ada Kartini. Banyak juga perempuan -perempuan di kampung -kampung dan pelosok desa yang sangat perkasa dan mampu mem-perkasakan tanggung jawabnya lebih dari keperkasaan ( tanggung jawab: red) seorang suami.Jangan -jangan perempuan itu ada didekatmu sendiri. Yang tanpa sadar kita melupakan jasa -jasanya sebagai Kartini yang sesungguhnya.
Anda coba bayangkan, setiap hari dari pagi sampai sore mereka dipaksa keadaan untuk memasak mempersiapkan sarapan untuk keluarga, bersih -bersih pekarangan dan seluruh isi rumah, belum juga "netekin" anaknya sampai pulas tertidur. Tidak hanya berhenti disitu saja, terkadang anaknya diam tapi Bapaknya yang "rewel". Inilah pengorbanan Kartini -kartini dalam rumah tangga kecil kita.
Atau lihatlah Sosok renta Ibu kita sendiri. Sungguh Ibu kita adalah Kartini terbaik yang meng-emansipasi-kan pendidikan terbaik untuk kita, mempersiapkan diri kita sebagai anak yang kelak bisa" mikul dhuwur mendem jero" menjunjung tinggi harkat dan martabat keluarga.
Kita sibuk mengikuti berbagai lomba untuk memperingati hari Kartini, tapi kita lupa bahwa Kartini itu sangat dekat dalam keseharian kita.
Sudahkah kita -meng-kartini-kan Perempuan terdekat kita yang begitu tulus memperjuangkan bukan saja soal "emansipasi" bahkan lebih dari itu.Kartini sebenarnya sudah tiada, tapi kartini ada dalam jiwa kita. Ketika kita mampu menjadi penerang bagi yang gelap, artinya kita bisa menaburkan cahaya kemanfaatan bagi sesama " khairu annas an fa'uhum li annasi".
Kita juga mampu menjadi peneduh, menjadi "oase" ketika kerontang disekitar kita. Intinya menjadi apa saja yang bisa membuat orang lain merdeka, aman dan tenteram akan keberadaanmu. Inilah substansi dari ajaran Islam yang sesungguhnya.
Seperti yang pernah ditulis oleh RA.Kartini dalam bukunya "Habis gelap terbitlah terang" atau kalau boleh saya tafsirkan menjadi: Saat cahaya terang tiba maka sirnalah kegelapan. Ketika ilmu ( cahaya) itu hadir maka kebodohan ( kegelapan ) menjadi sirna.
Pesan RA. Kartini begitu singkat tapi sarat oleh makna.
0 komentar:
Posting Komentar