Assiry gombal mukiyo, 21 April 2015
Saya jadi teringat dengan salah satu Dosen Psikologi saya
waktu "nggembel" sebutan saya waktu kuliyah dahulu. Sebut saja Dosen
saya itu bernama Dr. Paidjan ( bukan nama sebenarnya). Beliau keukeuh
dan mengajak berdebat dengan saya hanya karena menganggap belajar
kaligrafi atau melukis itu harus berbakat. Saya katakan bahwa menjadi Pelukis atau Kaligrafer itu "ndak" usah pakai modal bakat.
Tapi beliau tetap "ngotot" bahwa menjadi Pelukis dan Kaligrafer itu
harus berbakat. Akhirnya endingnya saya tidak diluluskan/ dikasih nilai
mata kuliahnya tersebut karena saya juga malas berangkat kuliah
mengikuti mata kuliyahnya di ruang kelas.
Inilah
resiko jika ketemu Dosen yang menurut saya maaf "culun" alias ndeso.
Padahal saya sendiri juga ndeso.Seandainya anda dikaruniai body yang
langsing, semlohay
tinggi semampai, apakah otomatis anda berbakat menjadi foto model atau
aktris ternama? Andaikata anda dikaruniai badan yang tegap dan rada
sangar apakah itu berarti anda akan begitu mudahnya menjadi ABRI
misalnya?
Jikalau anda dikaruniai otak yang cerdas dan jenius bak Habibi apa itu
berarti anda akan mudah saja menjadi Teknokrat kelas dunia?
Kalau orang tua anda seorang Maestro Lukis seperti Raden Saleh apakah otomatis anda akan jadi Pelukis ngetop juga?
Kalau orang tua anda seorang ulama besar, apakah otomatis anda akan
menjadi Kiyai? Terakhir, apakah seandainya orang tua anda seorang
Milyunner apakah itu berarti anda akan langsung jadi pengusaha besar?
Jawabannya tentu tidak !.........
Apa yang Tuhan anugerahkan secara alami baik berupa talenta, otak
cerdas atau lahir dari keluarga kaya, hanyalah sekedar potensi yang masih
harus terus diasah dan dikembangkan terus- menerus. Potensi dan bakat
itu tidak akan berarti apa -apa dan hanya menjadi sampah jika anda tidak
melengkapinya dengan belajar, tekun, ulet serta kerja keras juga
pantang menyerah.
Lha wong belajar Kaligrafi saja malas -malasan, tidak fokus baru
beberapa bulan sudah "ngebet" pulang ingin nikah ya bagaimana mungkin
anda meraih sesuatu itu jika setengah -setengah.
Satu hal yang sering kali saya sampaikan saat mengajar
dihadapan kader -kader PSKQ Modern yaitu kunci sukses itu adalah "satu
dulu yang harus didalami dan yang lainnya cukup dipelajari".
Artinya mempelajari sesuatu itu harus fokus dan menjalaninya dahulu
dengan senang hati jangan sampai fokusmu pecah hanya karena kesibukan
dan keinginan -keinginan lainnya yang akhirnya tumpang tindih. Nah ini
juga bisa menjafi kendala terbesar sehingga akhirny anda gagal.
Cita -cita ingin jadi Pelukis tapi fokus yang dilukis cuma
foto pacar, dikasih tugas berkarya tapi malas -malasan misalnya, ya
bagaimana mungkin anda bisa meraih impian itu.Bukankah rumusnya tetap sama dari dulu dan setau saya tidak pernah
berubah wahai para Dosen: 1% bakat, dan 99% kerja keras. Tidak pernah
dibalik dan jangan coba dibolak -balik.
Katakanlah anda ingin jadi penyanyi terkenal. Meskipun
memiliki suara yang luar biasa bagusnya, namun anda dituntut kerja
keras. Celine Dion misalnya diminta mengulang proses rekaman lagunya
sampai 9x oleh David Foster. Anda juga harus menemukan karakter suara
yang sesuai dg jenis lagu. Anda harus bisa bekerjasama dengan banyak
pihak: musisi band pengiring, produser, pengatur busana, tata rias,
manajer sampai meladeni penggemar. Suara indah tidak lagi menjadi
satu-satunya alat ukur kesuksesan. Hal yang sama juga berlaku kalau anda
mau jadi ilmuwan kelas dunia, pengusaha tersohor ataupun profesi
lainnya.
Tidak ada jalan pintas. Dan 1% bakat atau potensi yg anda
miliki itu pada akhirnya tertimbun oleh butiran peluh, berbagai
penolakan dan kekecewaan serta caci-maki dan penghinaan yang
bertubi-tubi.
Mereka yang tidak sanggup menanggung perihnya kegagalan tidak akan pernah menikmati lezatnya keberhasilan.
Untuk menjadi Kaligrafer dan Pengusaha kecil -kecilan saja,
saya harus menguras peluh, prihatin, jarang tidur malam, juga berdoa
dan puasa bertahun -tahun. Saya belajar kaligrafi dengan mengabdi (
khidmah) dari Guru satu ke Guru Kaligrafi yang lainnya maklum karena
keterbatasan ekonomi keluarga saya tapi tidak menyurutkan niat dan
langkah saya untuk menggapai bintang kejora kesuksesan. Tercatat Saya
belajar Kaligrafi siang malam di Grista Annur saja 3 tahun, kemudian di
LEMKA juga 3 tahun, ditambah Khidmah 3 tahun lagi sambil mengajar.
Setelah itu belajar melukis dan proyek Seni di lapangan dengan Kakak
kandung Saya Mas Rosidi hanya dengan modal tekat merubah nasib, itu
belum termasuk belajar kepada Guru -Guru Kaligrafi , dan guru saya yang
mengajarkan ilmu selain seni.
Satu lagi, anda juga membutuhkan keberuntungan.
Keberuntungan di sini artinya adalah "momen saat bertemunya kualifikasi
dan peluang". Mereka yang sukses biasanya mereka yang berkualitas dan
memanfaatkan peluang serta kesempatan yang ada sebaik mungkin.Tentu yang paling penting adalah belajar apa saja.
Untuk jadi Artis saja tidak cukup hanya bisa "nyanyi". Kalau cuma itu
yang diandalkan oleh seorang artis sudah barang tentu akan tergerus
persaingan yang ketat dan akhirny tersingkir.
Begitupun juga saya sering berujar kepada Santri -Santri PSKQ Modern.
Bahwa untuk menjadi Kaligrafer jangan hanya bisa kaligrafi hitam putih
saja yang dikuasai tapi juga harus bisa kaligrafi dan melukis dengan
multi teknik dan media apapun. Tidak lupa juga ilmu penunjang lainnya
seperti marketing, Managerial, bahasa asing, ilmu bisnis dan pemasaran
dan lain sebagainya.
0 komentar:
Posting Komentar