Assiry gombal mukiyo, 16 April 2015
Al Qur'an selalu memainkan peranan utama dalam perkembangan
tulisan Arab. Keperluan untuk merakam al-Qur'an memaksa memperbaharui
tulisan mereka dan memperindahnya sehingga ia pantas menjadi wahyu
Ilahi. Al-Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad dalam bahasa Arab
dengan perantaraan malaikat Jibril. Baginda menerima wahyu dan
menyiarkannya sampai wafat pada tahun 632 M, sesudah itu wahyu tidak
turun lagi dan penyebarannya dari orang mukmin yang satu kepada yang
lain secara lisan oleh para Huffaz (mereka yang hafal al-Qur'an dan
dapat membaca dalam hati).
Pada tahun 633, tidak sedikit huffaz ini terbunuh dalam
peperangan yang timbul setelah wafatnya Nabi. Ini memberikan peringatan
kepada kaum Muslimin, khususnya Umar bin Khatab. Umar mendesak Khalifah
pertama Abu Bakar supaya mengerjakan penulisan al-Qur'an.
Kemudian juru tulis Nabi, Zayd bin Thabit diperintahkan menyusun "suhuf"
Al Quran dan mengumpulkannya kedalam sebuah kitab, yang kemudian
ditetapkan oleh Khalifah ketiga, Usman, pada tahun 651. Penyusunan yang
disucikan ini kemudian disalin ke dalam empat atau lima edisi yang
serupa dan dikirim ke wilayah-wilayah Islam yang penting untuk digunakan
sebagai naskah kitab yang baku.
Abad ke-13, di mana bersama Yaqut, adalah abad kehancuran
dan pembangunan kembali di negeri Islam Timur. Penghancuran tu terjadi
akibat serbuan Jengis Khan (1155-1227) dan pasukan Mongolnya, dan
memuncak dengan ditaklukannya Bagdad oleh putranya Hulagu pada tahun
1258 dan kejatuhan terakhir kekhalifahan Abbasiyyah.
Pembangunan kembali hampir secara langsung oleh pemantapan
kekuasaan Mongol, dan putera Hulagu, Abaga (1265-82), adalah penguasa
pertama yang memberikan gelas Il- Khan (penguasa Suku) bagi dinasti baru
tersebut.
Adalah sangat menakjubkan bahwa Islam mampu bangkit setelah
dihancurkan sedemikian rupa. Bangkit kembali dan meneruskan
vitalitasnya yg tak pernah berkurang. Kurang dari setengah abad setelah
kehancuran Bagdad, Islam memperoleh kemenangan atas penakluknya yang
kejam dan kafir, sebab, tidak hanya buyut Hulagu, Ghazan (1295-1305)
memeluk Islam, melainkan dia juga yang menjadikan Islam sebagai agama
resmi seluruh negeri yang diperintahnya.
Ghazan menjadi seorang Muslim yang terpelajar, teguh dan
membaktikan sebagian besar hidupnya demi kebesaran Islam dan kebangkitan
kembali kebudayaannya. Dia memberikan dorongan yang amat besar terhadap
seni Islam, termasuk kaligrafi dan penyalinan buku.
Tradisi ini dilanjutkan oleh saudara dan penggantinya
Uljaytu (1306-16), yang pemerintahannya berlimpah dengan kebesaran seni
dan kemajuan sastra. Dia beruntung memiliki menteri dua tokoh yang
berpikiran terang, Rashid al-Din dan Sa'd al-Din, yang mendorong dia
melindungi kaum terpelajar, para seniman dan ahli kaligrafi.
Di bawah kekuasaannya, seni kaligrafi dan penerangan Il-Khan itu
mencapai puncaknya, sebagaimana dapat dilihat dari salinan al-Quran yang
sangat indah dalam tulisan Rayhani yang ditulis atas perintah Uljaytu
dan disalin serta diulang kembali pada tahun 1313 oleh Abd Allah ibn
Muhammad al-Hamadani.
Pendekar kaligrafi yang lain pada masa awal dinasti
Il-Khan, yang dibimbing oleh Yaqut, adalah Ahmad al-Suhrawardi, yang
meninggalkan untuk kita salinan al-Qur'an dalam tulisan Muhaqqaq tahun
1304. Yaqut menarik perhatian sejumlah besar muridnya, tidak hanya
karena berusaha menyainginya namun juga bangga menghadiahkan karya
mereka kepadanya; yang menolong mengabadikan kemasyurannya.
Uljaytu diikuti oleh putranya, Abu Sa'id (1316-34), yang
ketika berkuasa, kemerosotan politik mulai berlangsung. Tetapi kehidupan
budaya memuncak, termasuk seni kaligrafi, walaupun tidak berlangsung
lama. Kemajuan ini khususnya karena sebagian besar murid Yaqut tumbuh
pada masa ini. Di antara mereka yang menjadi pendekar kaligrafi yang
mandiri, melengkapi pendekar yang baru kita sebut, adalah Mubarak Shah
al-Qutb (w.1311), Sayyii Haydar (w. 1325), Mubarak Shah al-Suyufi (w.
1334), Abd Allah al-Sayrafi (w. 1338) yang meninggalkan untuk kita
sebuah kaligrafi yang indah ditandatangani sekitar tahun 1323, juga Abd
Allah Arghun (w. 1341) da. Yahya I-Jamali I-Sufi.
Untungnya al-Sufi meninggalkan kepada kita sebuah salinan
aI-Quran yang indah dalam tulisan emas Muhaqqaq dengan huruf hidup biru,
berangka tahun 1345, sebagai monumen bagi keahliannya di bidang seni
kaligrafi.
Tokoh lain adalah Muhammad ibn Yusuf al-Abari, yang meninggalka untuk
kita salinan al-Qur'an dalam tulisan Thuluth yang mendekati tulisan
Rayhani, yang cukup menarik perhatian.
Dinasti Il-Khan bertahan sampai akhir abad ke-14, kemudian
digantikan oleh dinasti Timurid, yang didirikan oleh Timur yang agung,
dikenal dalam bahasa Inggris sebagai Tamerlane (w. 1405). Meskipun dia
dikenal dunia karen kejahatannya sebagai penguasa besar yang lalim,
tetapi dalam hidupnya dikemudiari hari setelah memeluk Islam dia sering
mengumpulkan para seniman terbaik, terpelajar, pelukis dan para ahli
kaligrafi di wilayah-wilayah yang ditaklukkannya, dan membawa mereka ke
ibukota, Samarkand.
Timurid memberikan perhatian istimewa terhadap seni
kaligrafi, dan secara langsung bertanggungjawab atas terciptanya gaya
baru penulisan al Qur'an yang sesudah wafatnya disebut menurut namanya,
dan menggantikan gaya dinasti Il-Khanid Mongol yang awal.Berbeda dengan
gaya Il-Khanid, yg mencapai kemegahan dengan salinan al-Quran besar
dalam tulisan monumental yang berpola megah dan geometris, gaya Timurid
bertujuan menciptakan keseimbangan antara keindahan dan kemegahan dengan
memadukan penulisan huruf yang jelas dalam kitab al-Qur'an besar dengan
pola tumbuhan yang sungguh indah, mempesona, lembut pewarnaannya,
terpadu dengan tulisan ornamental Kufi Timur yang begitu indah sehingga
hampir tak ketara.
Untuk pemakaian tulisan besar, tulisan Rayhanilah yang
dipilih secara tetap, dan keindahannya ditonjolkan dengan penulisan
huruf hidupnya yang menggunakan pena yang 1ebih bagus dari pena biasa.
Tulisan naskhi dipakai untuk halaman yang kurang lebar, namun memberikan
kejelasan dan kemurnian garis yang lebih besar yang kemudian
mempengaruhi Ta-liq Persia dan Naskhi India.
Walaupun praktek pemakaian bermacam gaya dan ukuran tulisan
yang berbeda pada halaman yang sama mengulangi praktek yang berlaku di
masa Ibn Muqlah, mungkin gaya Timur lenglah yang pertama kali memperluas
pemakaiannya untuk penulisan al-Qur'an.
Sifat dan ciri tulisan masa Timur lengkhususnya tercermin sekali dalam
kitab-kitab al-Qur'an besar, di antaranya adalah salinan paling besar
yang pernah dihasillkan. Sebuah anekdot menarik yang menceritakan
kecintaan Timurid kepada al-Qur'an besar adalah kisah 'Umar Aqta', orang
yang diperintahkan Timur Leng menulis kitab al-Qur'an. Umar akhirnya
mempersembahkan salinan al-Qur'an kepada Timur Leng dalam tulisan
Ghubar, salinan itu sekecil cincin stempel.
Timur Leng menerima persembahan ini dengan sikap menghina
oleh karena ukurannya yang kecil; sedang Umar meminta kembali al-Qur'an
kecil itu tanpa rasa takut dan menyalin al-Qur'an lain dalam tulisan
Tumar, tiap halaman hampir satu meter ukurannyaj dan oeh karena itu dia
mendapatkan hadiah besar.Tradisi kaligrafi murni ini dilanjutkan oleh
pengganti Timur Leng. Putranya, Shah Rukh (1405-47), adalah seorang
Muslim taat yang menghargai kaligrafi sedemikian tinggi dan dialah yang
memerintahkan penyalinan banyak kitab al Quran yang indah. Dia juga
memiliki seorang putra yang sangat ahli di bidang ini. Salah satu dari
sejumlah al-Qur'an dari masa pemerintahannya yang ada sekarang adalah
buah tangan ahli kaligrafi Timurid terkemuka Muhammad al Tughra'i,
disalin tahun 1408 dalam tulisan Muhaqqaq emas.Putra Shah Rukh, Ibrahim
Sultan, menjadi salah seorang ahli kaligrafi terkemuka pada masa itu,
spt terlihat dari al-Qur'an yang dia salin dalam tulisan Rayhani emas
pada thn 1431. Putra Shah Rukh yag lain, Baysunghur (w. 1433) adalah
tokoh budaya yang berbakat pada masa Timurid dan setaraf kedudukannya di
antara para kolektor buku tingkat dunia.
Sepanjang hidupnya dia mengayomi seni dan pengkajian ilmu,
menghimpun banyak seniman, ahli kaligrafi, penjulid buku & pelukis
yang mengembangkan gaya yang indah dari produksi buku madzab Timurid,
menonjol karena salinan al-Qur'annya yang indah dan berjilid-jilid
,salinan epik Persia yang mempesona, dengan lukisan miniatur dan hiasan
lain yg bagus.
Pencinta buku lain adalah Sultan Husayn (w. 1506), yang
dari istananya di Herrat lahir salinan-salinan al-Qur'an dalam gaya
Timurid yang sangat indah. Antara para ahli kaligarafi hebat zaman
Timurid yang paling berbakat, sebagai tambahan bagi nama-nama yang dah
disebutkan, adalah Abd Allah ibn Mir Ali, Ja'far al-Tabrizi, Muhammad
Mu'min ibn 'Abd Allah, Abd Allah al-Tabbakh & muridnya, Abd al-Haqq
al-Sabzawari.
Kekhalifahan Mameluk, yang menegakkan dinastinya
(1250-1517) terutama di Mesir dan Siria, memerintah untuk menyelamatkan
wilayah Dar aI-Islam mereka dari kehancuranyang melanda
provinsi-provinsi Timur, sehingga kelanjutan kehidupan budaya
terpelihara. Apresiasi mereka yang tinggi terhadap seni Islam secara
umum membuat mereka jadi pelindung seni kaligrafi hiasan al Quranan yang
sangat gairah, yang memuncak hingga mencapai tingkat yang paling
tinggi, menyaingi pencapaian dinasti Il-Khanid di Timur.
Malahan, sampaii sekarang pun banyak salinan al-Qur'an
peninggalan dinasti Mameluk dipandang sebagai puncak karya kaligrafi
yang tak pernah tertandingi.Sultan besar dinasti Mameluk yang pertama
adalah Rukh al-Din Baybars I (1260-77). yang tersohor baik dalam
peperangan maupun dalam perdamaian, dan pelindung besar seni. Baybars
diikuti oleh sederet panjang sultan Mameluk, yang paling besar adalah
Qalawun (1279-90) dan putranya, aI-Nasir, yang memerintah dalam tiga
masa antara 1293 dan 1340, al-Ashraf (1363-76) dan Barquq (1387-98).
Untungnya sejumlah salinan al-Qur'an zaman Mameluk yang
terpandang sampai kepada kita. Ahli kaligrafi terbesar zaman Mameluk
adalah Muhammad ibn al-Wahid, yang meninggalkan kepada kita salinan
al-Qur'an yang unik dalam tulisan Thuluth, yang telah disinggung,
disalin pada tahun 1304 untuk seorang pejabat tinggi Baybar, yang
kemudian menjadi Sultan Baybar II (1308-09).
Tiga ahli kaligrafi yang tumbuh pada masa panjang
pemerintahan aI-Nasir, dan meninggalkan kepada kita contoh karya sebagai
bukti keahliannya yang hebat dalam kaligrafi, adalah Muhamad ibn
Sulaiman al-Muhsini, Ahmad ibn Muhammad aI-Ansari dan Ibrahim ibn
Muhammad al-Khabbaz. Abd aI-Rahman ibn al-Sayigh tersohor karena
menyalin dalam tulisan Muhaqqaq kitab al-Qur'an yang dikenal paling
besar dari zaman Mameluk, yang panjangnya lebih dari dua meter, dibuat
hanya dengan menggunakan pena bambu dan ditulis dalam waktu singkat,
enam puluh hari.
Al Qur'an ini, dengan hiasan yang mengagungkan, dibuat pada
tahun 1397 untuk Sultan Barquq, yang setelah dia kekuasaan dinasti
Mameluk mulai merosot. Sekalipun demikian, ukuran kaligrafi yang sangat
tinggi tetap dipertahankan selama hampir satu abad kemudian, seperti
dapat dilihat dari sebuah Qur'an lebar yang disiapkan untuk al-Malik
al-Ashraf pada tahun 1496 oleh Shahin al-Inbitani, yang menyalinnya
dalam tulisan Naskhi besar.Masa dinasti Mameluk adalah masa kemajuan
kebudayaan yang luar biasa, dan para ahli umumnya sepakat bahwa
kaligrafi Arab mencapai puncak kesempurnaannya di Mesir dan Siria pada
abad pertama pemerintahan dinasti Mameluk. Sementara pandangan ini benar
bagi seni kaligrafi dan hiasan al¬Qur'an zaman Mameluk, kemajuan itu
juga tercermin dalam penggunaan bahan kaligrafi seperti logam, kaca,
gading, kain, kayu dan batu.
Penggunaan kaligrafi yang luas ini, yang menarik perhatian
karena cakupan dan bobotnya, membangkitkan lahirnya gaya Thuluth dan
Naskhi khusus, yang selalu dikaitkan dengan masa ini.
Kemunduran dinasti Timurid, yang berlangsung sedemikian
cepat menjelang abad ke-15, memberi peluang dinasti Safawi muncul di
bawah pemimpin mereka yang energetik yang kemudian memperoleh gelar Shah
Isma'il (1502-24). Dinasti Safawi yang bertahan sampai tahun 1736
adalah dinasti yang paling lama dan jaya yang memerintah Persia dan
Iraq. Sekalipun selalu timbul pertentangan dengan musuh-musuhnya, namun
dinasti Safawi berhasil antara kehidupan budaya Persia ke era baru, yang
berpengaruh langsung kepada perkembangan seni Islam, tidak hanya dalam
wilayah mereka, namun juga di wilayah kerajaan musuh mereka dinasti
Usmaniyyah.
Perkembangan kaligrafi yang benar-benar penting terjadi
pada masa kekuasaan Shah Isma'il dan penggantinya, Shah Tahmasp
(1524-76). Di bawah dorongan merekalah tulisan Ta'liq dirumuskan dan
dikembangkan menjadi tulisan yang digunakan penduduk negeri secara luas,
yang kemudian mengarah ke perkembangan tulisan Nasta'liq.
Dari sudut luas pemakaiannya di kalangan bangsa Persia,
Urdu dan yang berbahasa Turki, dan sumbangan penting mereka terhadap
kaligrafi Islam pada umumnya, dua tulisan yang masih agak muda ini
terangkat kedudukannya menjadi tulisan utama.
Tulisan Ta'liq (gantung), menurut beberapa sumber Arab,
dikembangkan oleh orang Persia dari tulisan Arab awal yang kurang
dikenal, Firamuz, suatu bentuk tulisan kursif yang sederhana yang
dipakai sampai awal abad ke-9. Sekalipun demikian orang memandang bahwa
tulisan Ta'Iiq bisa berkembang menjadi tulisan yang pasti setelah
ditemukannya tulisan Riyasi pada abad ke-9.Perkembangannya khususnya
dipengaruhi oleh tulisan Riqa' dan Ta'Yqi, sedikit banyak
penyimpangannya dihubungkan langsung dengan dua tulisan ini oleh berapa
sumber Persia, dan menganggap penemunya adalah Taj-i Salmani, seorang
ahli kaligrafi dari Isfahan yang tidak begitu dikenal. Sekalipun
demikian, ahlii kaligrafi Abd al-Hayy dari kota Astarabad yang tampaknya
telah memainkan peranan lebih penting dalam perkembangannya awal. Dia
didorong oleh pengayomnya, Shah Isma'il, untuk meletakkan aturan-aturan
dasar tulisan Ta'liq, dan tidak saja mempopulerkan tulisan Ta'liq di
kalangan orang Persia, Turki & India.
Para ahli kaligrafi Persia segera mengembangkan dari
tulisan Ta'liq ke suatu ragam yang lebih terang dan indah, kemudian
dikenal sebagai Nasta'liq, walau pun mereka terus memakai tulisan Ta'liq
untuk naskah monumental dan peristiwa-peristiwa penting. Para ahli
kaligrafi Turki, di lain hal, selama jangka waktu yang lama tetap
mematuhi aturan-aturan dasar Ta'liq awal. Juga setelah enyerap banyak
perubahan yang ditimbulkan oleh tulisan Nasta'liq, yang mereka terima
sebagai perbaikan, orang Turki tetap mempertahankan nama Ta'liq untuk
gaya itu.
Tulisan Nasta'liq (tersusun dad nama Naskh dan Ta'liq)
harus dipandang sebagai suatu ragam gaya Ta'liq yang dikembangkan di
akhir abad ke-15 oleh org Persia, dan menjadi tulisan Nasional mereka.
Semua sumber penting sepakat bahwa ahli kaligrafi Persia Mir Ali Sultan
al- Tabrizi (w. 1416) adalah pembangun tulisan ini dan berjasa merancang
aturan-aturannya yang kompleks.
Menurut legenda, Mir Ali, sebagai seorang Muslim yang taat,
rajin sembahyang seraya memohon diberi keahlian dalam menciptakan gaya
kaligrafi baru yang indah. Imam Ali, sepupu Nabi dan Khalifah keempat,
kepada siapa semua ahli kaligrafi Islam menghubungkan silsilahnya,
muncul kepadanya dalam mimpi menyarankan kepadanya agar mempelajari
burung tertentu. Segera sesudah itu di dalam mimpinya dia dikunjungi
oleh burung meliwis yang terbang, dan bentuk sayap burung itulah yang
mengilhami model huruf-hurufnya.
Legenda mengenai garis tebal dan jelas tulisan Nasta'liq
dan lengkungan bulatnya g sempurna diilhami oleh seekor burung yang
sedang terbang. Kejelasan kemurnian geometrisnya secara terpadu
memberikan kepada tulisan sra'liq keindahan yang tampak secara sepintas
bertentangan dengan aturannya yang sangat rumit dan ketat dalam
penerapannya.Ada ciri umum tertentu di dalam tulisan Ta'liq, Nasta'liq
dan Riqa'. Di atrnya adalah kenisbian tinggi ujungnya, Asnan (gigi),
pada garis horisontal huruf tertentu seperti s dan sh, yang kerap
mengisi pusat kelukan sebagian huruf, dan ujung dari sebagian besar
huruf yang tidak berhubungan sangat tipis dan garis-garisnya runcing.
Ciri umum lain adalah bahwa lengkungan ciptakan perbedaan
yang menyolok dalam lebar garisnya, yang berubah tiba-tiba dari garis
sangat besar ke garis paling tipis yang digores dengan pena yang sarna.
Pada masa kekuasaan Shab Tahmasp (1524-76), tulisan Nasta'liq
menggantikan tulisan Naskhi, dan menjadi tulisan yang biasa digunakan
untuk menyalin antologi, epik dan karya sastra Persia yang lain.
Semenjak pemerintahan Shah Abbas (1588-1629) yang agung ia dipakai untuk
sebagian dr penulisan naskah keduniawiaan Persia, khususnya naskah yang
dihiasi lukisan miniatur.
Walaupun ia sedikit sekali digunakan oleh bangsa-bangsa
yang lain, ia memiliki pengaruh besar atas perkembangan seni kaligrafi
mereka secara umum dan pada tulisan Naskhi pada khususnya. Baik para
ahli kaligrafi Arab maupun Turki di lingkungan kekhalifahan Usmaniyyah,
mengembangkan gaya campuran baru dari tulisan naskhi kecil yang mirip
tulisan yang secara sederhana disebut tulisan Naskhi Usmaniyyah, dan
yang kerap dipakai utk menulis dan menyalin hasil-hasil karya sastra
yang melimpah pd masa itu.Tulisan Ta'liq dan Nasta'liq jarang dipakai
untuk penyalinan al-Qur'an, & sejauh yang dikenal, hanya satu
al-Qur'an besar ditulis dalam tulisan Nasta'liq. Salinan yang luar biasa
indah ini, ditulis untuk Shah Tahmasp oleh Shah Mahmud al-Nishaburi
dalam tahun 1539, membuktikan kejernihan kekuatan dan keindahan puncak
yang dicapai oleh tulisan Nasta'liq.
Seolah-olah untuk membebaskan kejanggalan tulisan Nasta'liq
dari kelompok huruf Qur'ani yang berpengaruh, dinasti Safawi berusaha
menempatkan perannya dalam seni kaligrafi dan hias al-Qur'an periode ini
memiliki ciri halaman khusus yang dibedakan dalam dua atau lebih
pembagiar. yang terdiri dari huruf-huruf yang ukurannya sangat berbeda.
Kerap pembagian ini sampai tujuh banyaknya, dengan bentuk vertikal yang
dipakai untuk maksud hiasan yang menambah kekayaan hiasan yang telah
ada.
Mir' 'Ali al- Tabrizi diikuti oleh sederet panjang ahli
kaligrafi Muslim yang mengesankan, terutama ahli-ahli Persia, yang telah
meninggalkan kepada kita contoh kaligrafi Nasta'liq yang berlimpah
ruah. Di antara pendekar-pendekar awal tulisan ini yang perlu
dibicarakan secara khusus adalah Abd al-Rahman al-Khawarizmi, seorang
pelopor abad ke-15 yang mencapai kedudukan sangat tinggi. Dia diikuti
dan disaingi oleh dua orang putranya, Abd al-Rahim Anisi dan Abd
al-Karim Padshah.
Pemerintahan Shah Abbas yang agung di mana kebudayaan
Persia mencapai puncak perkembangannya yang baru, juga merupakan zaman
keemasan bagi tulisan Nasta'liq. Ia menghasilkan sejumlah besar pendekar
kaligrafi, paling terkemuka di antaranya adalah Qasim Shadi, Shah Kabir
ibn Uways al-Ardabili, Kamal aI-Din Hirati, Ghiyath aI-Din al-Isfahani;
yang terakhir dan mungkin paling besar dari generasi ahli kaligrafi
Persia ini adalah Imad al-Din al-Husayni.
Kehormatan yang dinikmati oleh para pendekar kaligrafi ini
bisa digambarkan dengan anekdot bersejarah mengenai 'Imad al-Din, yang
kedudukan sosialnya begitu tinggi sehingga dia berani menghina tawaran
pengayoman dari Shah Abbas, dan menolak permintaannya untuk membuatkan
salinan epik Persia, Shanamah karangan Firdausi.
Shah mengirim uang sedikit sebagai uang muka pesanannya
pada tahun 1615, memeriksa buku itu setelah terlupa hampir setahun,
tetapi Imad ai-Din menjawabnya dengan mengirimkan beberapa bab dari
halaman pertama buku, yang menurut anggapannya cukup untuk mengimbangi
pembayaran dari Shah. Ini membuat murka Shah' Abbas sehingga dia tak
bisa memaafkan Imad al-Din, dan segera setelah itu mengirim si ahli
kaligrafi ini ke akhirat.Kaligrafi Arab berkembang di India dan
Afghanistan mengikuti garis yang jauh lebih tradisional. Sebuah tulisan
kursif minor disebut tulisan Behari muncul di India pada abad ke-14,
yang ciri utamanya adalah garis-garisnya lebar, tebal dan horisontal
memanjang, yang sangat berlawanan dengan garis vertikalnya yang kecil
dan mempesona.
Huruf-hurufnya mempunyai kerenggangan yang cukup baik
dengan kembangan berupa lengkungan yang terbuka dan mudah dilafalkan,
dan kerap ditulis dengan warna yang aneka ragam, terutama hitam dengan
emas, merah dan biru.
Sekalipun lekuknya jelas, namun tulisan ini!, memiliki
persenyawaan dengan tulisan yang lebih menyudut yang dikembangkan di
Herat Pada awal abad ke-14 sebagai kebangkitan kembali huruf Kufi baku
yang kaku, dan kita bisa menyebutnya Kufi-Herat. Tulisan ini, yang
dipakai di Afghanistan juga mempengaruhi perkembangan tulisan Siyaqat
dinasti Usmaniyyah yang akan diuraikan di bawah ini.
Berjuta-juta Muslim Cina yang memakai tulisan Arab,
setidak-tidaknya untuk tujuan pengajian agama, biasanya mengambil gaya
kaligrafi yang dewasa itu berkembang di Afghanistan, dengan sedikit
perubahan. Dengan tambahan mereka lambat laun mengembangkan tulisan
khusus yang disebut tulisan Sinii (Cina) dengan garis yang sangat indah
dan bulatan besar, kebanyakan dipakai pada keramik dan tembikar Cina.
Gaya ornamental yang sebenarnya berasal dari tulisan Sini,
dengan mempertahankan kebulatannya, namun mudah dibedakan dengan
garis-garis vertikalnya yang sangat tebal dan hampir segi tiga
dibandingkan dengan garis-garis horisontalnya yang tipis.
Secara keseluruhan, ahli kaligrafi di India maupun
Afghanistan secara langsung dipengaruhi oleh ahli kaiigrafi Persia. Kaum
Muslimin India mengambil tulisan Nasta'liq sebagai tulisan nasional dan
memakainya untuk tulisan Urdu. Namun di Afghanistan dan bagian-bagian
tertentu anak benua India, tulisan Naskhi yang sedikit mengalami
perkembangan terus dipakai. Ciri utama yg bisa diistilahkan sebagai
tulisan Naskhi India, terletak pada huruf2nya yang lebih berat, tebal
dan lebih renggang jaraknya. Lengkungannya hampir sepenuhnya bulat,
memberikan kepadanya kekukuhan yang tidak terdapat pada tulisan Naskhi
yang lazim.Tulisan Thuluth berkembang sepanjang garis yang sama, dan
karenanya ia disebut sebagai Thuluth India. Perkembangan sepenuhnya
dikukuhkan di bawah dinasti Mongol (1526-1857) yang memerintah India dan
Afghanistan.
Kaligrafi khususnya dijunjung tinggi oleh kaiar Mongol,
Babur (w. 1530), Akbar (1556-1605) dan Jahangir (1605-28). Nama yang
terakhir ini sangat mengagumi dan memperhatikan karya kaligrafi Imad
al-Din al-Husayni, sehingga dia akan membayar tinggi kepada orang yang
mempersembahkan contoh hasil tangan ahli kaligrafi besar Persia ini.
Dinasti Usmaniyyah, yang memperoleh nama dari pendirinya,
terhitung sejak abad ke-14 awal, namun kerajaannya tidak sepenuhnya
mapan sampai mereka menaklukkan dinasti Mameluk pada tahun 1517, dan
mewarisi wilayah mereka di Siria, Mesir dan Arabia. Segera setelah itu,
mereka mampu menyatukan seluruh dunia Arab ke dalam kerajaannya.
lni mengakhiri lembaran kejaiayaan kaligrafi Mameluk dan
membuka sebuah kaligrafi baru dan mungkin yang terakhir dalam sejarah
kaligrafi Islam. 0leh karena itu dari masa ini sampai akhir, sejarah
seni Islam terkait dengan dinasti Usmaniyyah Turki. Ini juga berlaku
pada seni kaligrafi, yang oleh dinasti Usmaniyyah dipadukan dan
digerakkan agar berkembang dengan kegairahan dan imaginasi yang luas
biasa.
Mereka menjadi tersohor karena kecintaannya terhadap
kaligrafi, dan tanpa terpengaruh oleh pertikaian dengan musuh bebuyutan
mereka di Persia mereka tetap mengagumi tradisi kaligrafi Persia dan
memberlakukan tulisan Ta'liq ke dalam bahasa mereka. Hubungan yang rapat
ini meluas ke bidang seni kaligrafi, tulisan buku dan penjlidan
sehingga dengan peristiwa itu sangatlah sukar dikatakan dengan pasti
apakah sebuah naskah dibuat di Persia atau di Turki.
Dinasti Usmaniyyah tidak saja menerima sebagian besar
kaligrafi mutakhir Persia & ahli dlm bidang itu, narnun mereka juga
mengembangkan beberapa gaya baru dan benar-benar asli. Mereka menghargai
tinggi kaligrafi Arab, dan merasakan kesuciannya yang sangat mendalam.
Ini tercermin dalam sejumlah besar naskah al-Qur'an yang berhias yang
mereka hasilkan, dalam penggunaan tulisan ornamental yang melimpah di
mesjid-mesjid, sekolah-sekolah dan gedung umum, dan dalam ribuan naskah
kaligrafi karya keduniawian yg masih terdapat di Turki dan di
tempat-tempat lain.Sumbangan terbesar bagi kaligrafi Islam adalah
sumbangan dari Syaikh Hamdullah al-Amasi (w. 1520), yang dipandang
sebagai pendekar kaligrafi terbesar sepanjang masa dinasti Usmaniyyah.
Dia mengajar kaligrafi kepada Sultan Usmaniyyah Bayazid II (1481-1520)
yang sangat menghormatinya dan membayarnya mahal untuk setiap tinta yang
mengalir, sementara Syaikh menulis kalimat-kalimatnya.
Dari banyak murid berbakat Syaikh Hamdullah yang paling
terkenal adalah Ahmad Qarahisari (w. 1555), yang meninggalkan kepada
kita banyak contoh karya kaligrafinya. Sudah menjadi tradisi di kalangan
sultan dinasti Usmaniyyah utk mengayomi para ahli kaligrafi yang baik
dari masa mereka. Ini mendorong membanngkitnya sejumlah besar ahli
kaligrafi pilihan, yang sebagian besar layak dipelajari secara
terperinci.
Namun di sini kita akan membicarakan 'Uthman ibn 'Ali, yang
1ebih dikenal sebagai Hafiz 'Uthman (w. 1698), yang tingkatnya hanya
nomor dua di bawah Hamdullah, dan keduanya memimpin deretan ahli
kaligrafi terkemuka. Malahan, semua ahli kaligrafi Turki mencoba
menghubungkan rantai silsilah keahliannya kepada mereka, dan menghormati
mereka sedemikian tinggi.
Perkembangan lebih lanjut ten tang kaligrafi di Turki dan
temp at lain terdorong terciptanya sejumlah tulisan turunan yang
disesuaikan dengan keperluan, dan juga melahirkan penemuan2 aligrafi yg
luar biasa, yang secara keseluruhan ornamental dan terutama dirancang
agar menyenangkan atau memberi kesan menarik.Yang paling penting di
antara gaya-gaya turunan itu ialah Shikasteh, Shikasteh-amiz, Divani dan
Jali. Shikasteh (bentuk patah) dan tulisan ornamental kelompok
Shikasteh-amiz adalah perkembangan tulisan Persia yang bertalian
langsung dengan tulisan Ta'liq dan Nasta'liq. Tulisah Shikasteh
dikatakan sebagai dptaan sejumlah Shafi' dari herat. Walaupun demikian
yang paling tersohor dari tulisan ini adalah Darwish 'Abd al-Majid
Taliqani.
Sebagai tambahan untuk kerabat dekat tulisan Ta'liq awal,
Shikasteh ditandai oleh kepadatannya yang luar biasa, sebagai akibat
sambungan dan garis-garis vertikalnya yang sangat rendah dan miring, dan
juga karena kurangnya tanda huruf hidup. Tulisan itu kebanyakan dipakai
untuk surat-menyurat pribadi dan usaha, dan untuk tulisan tangan umum
bagi bahasa Persia dan Urdu. Shikasteh-amiz sering dipakai di dalam
kekanseliran dan usaha-usaha resmi serupa. Tulisan ini lebih besar dan
kurang padu dibanding Shikasteh, dan biasanya ditulis pada kertas terang
atau berwarna.
Tulisan Divani adalah perkembangan tulisan Usmaniyyah yang
sejajar dengan Shikasteh, dan khususnya dikembangkan akhir abad ke-15
dari tulisan Ta'liq Turki oleh Ibrahim Munif. Kemudian ia disempurnakan
oleh Syaikh Hamdullah yang terkemuka, khususnya untuk dipakai di bidang
kekanseliran. Tulisan ini benar-benar kursif dan bersusun-susun, dengan
huruf tanpa titik dan di luar konvensi saling berpadu, dan juga tanpa
tanda huruf hidup. Tulisan Divani juga mengembangkan ragam ornamental
yang disebut Divani Jali, juga dikenal sebagai Humayuni (kerajaan).
Perkembangan tulisan Jali sepenuhnya dikatakan ditangani
oleh Hafiz 'Uthman dan para muridnya, yang juga menerapkannya terhadap
tulisan-tulisan utama yang lain, semata-mata untuk tujuan ornamental.
Ciri utama tulisanJali adalah melimpahnya hiasannya dengan beragam
tujuan dekoratif, yang tidak memerlukan nilai ejaan apa pun, sehingga
secara keseluruhan merupakan kumpulan susunan yang padat, membentuk
persegi panjang lurus atau melengkung atau bentuk-bentuk geometris
lain.Seni menulis ukuran kedl, yang terutama didasarkan pada tulisan
Ghubar, menjadi sangat populer di masa mutakhir. Para ahli kaligrafi
modern menyusutkan tulisan Ghubar menjadi sedemikian kecil ukurannya,
menuliskannya pada obyek yang tidak lebih besar dari sebutir beras.
Naskah lengkap al-Qur'an, yang secara pasti terdiri dari 77,934 kata,
telah ditulis pada sebuah kulit telor ayam, dan terakhir sekali pada
selembar kertas berukuran tidak lebih dari 55 sampai 45 sentimeter.
Al-Qur'an lengkap yang tidak lebih besar dari ibu jari
dipakai sebagai jimat oleh orang Islam yang tak terhitung jumlahnya.
Jika para ahli kaligrafi paling terkemuka di bidang ini adalah Isma'il
ibn 'Abd Allah, yang lebih dikenal sebagai Ibn al-Zamakjali (w. 1386)
dan Qasim Ghubari (w. 1624), maka para seniman abad ke-20 juga telah
meneapai puncak keahlian itu, termasuk Hasan 'Abd al-Jawad dari Mesir,
yang menulis tiga surah dari AI-Qur'an pada sebutir gandum; Nasib
Makarim dari Libanon, penulis lagu kebangsaan negerinya yang terdiri
dari 287 kata pada sebutir beras; dan Dawud al-Husayini dari
Afghanistan, yang menulis 555 kata pada bidang yang tidak lebih besar
dari satu inci bidang bujur sangkar.
Zulf-i 'arus (ikal rambut pengantin) adalah gaya yang
agaknya berhubungan baik dengan tulisan Rayhani maupun Nasta'liq. Ia
memiliki garis tebal yang ujungnya meliuk-liuk indah.
Gulzar adalah teknik mengisi bidang di dalam jenis besar
huruf-huruf yang relatif besar dengan maksud memberikan ragam
ornamental, termasuk desain tumbuh-tumbuhan, pola geometris, lukisan
perburuan, gambar, tulisan kecil dan motif~motif lain.
Muthanna atau Aynali adalah seni tulisan pada kaca, di mana
kesatuan di sisi kiri memantulkan kesatuan sisi kanan. Teknik ini juga
dikenal sebagai Ma'kus (pantulan).Kaligrafi hewan, yang berasal dari
abad ke-15 ,memperoleh daya tarik luas kelakangan ini. Sebagian besar
menggunakan tulisan Thuluth, Naskhi, Ta'liq atau Nasta'liq, benar-benar
diubah dan disimpangkan huruf-hurufnya untuk mendapatkan bentuk yang
menyerupai binatang, burung dan lain sebagainya. Puncak huruf vertikal
tertentu kadang diubah untuk membentuk garis besar figur manusia, sebuah
antromorfisme yang diharamkan oleh sejumlah orang Islam.
Thugra Suatu rancangan kaligrafis yang khususnya dikenal
sebagai lambang para sultan Usmaniyyah, berkat tangan generasi penerus
kaligrafi berkembang mencapai puncak keindahan dan kerapian
ornamentasinya. Perkembangan yang lebih modern disebut al-Khatt al-Sunbuli,
sebuah tulisan yang bergaya sedemikian berbobot dan tinggi mutunya yang
mungkin berasal terutama dari tulisan Divani. Meskipun ia benar-benar
mempesona dan indah, sekarang tak luas pemakaiannya.
Tulisan modern lain yang berada dalam kelompok yang sama
dengan suinbuli adalah Harf al-Nar, yang memiliki ciri tambahan,
sebagaimana namanya menunjukkan, yaitu ujung-ujungnya menyerupai lidah
api.
Siyagat adakah tulisan fungsional yang dikembangkan oleh
sultan-sultan Umaniyyah untuk keperluan kantor pemerintahan, khususnya
yang bertalian dengan lisensi dan dokumen serupa yang berhubungan dengan
masalah perdagangan dan keuangan. Ciri garis-garisnya lurus dan berat
dan garisnya . lng agak menyudut, yang menghubungkannya dengan tulisan
Kufi-Herat, digunakan di Afghanistan dan bagian-bagian tertentu India.
Huruf al-Taj (huruf mahkota) mungkin merupakan tulisan yang
paling modern di antara semua. Ia dikembangkan di Mesir pada tahun 1930
oleh Muhammad Mahfuz untuk Raja Fu'ad I, yang ingin mengantarkan
penggunaan huruf besar ke dalam bahasa Arab. Sebegitu jauh, sekalipun
demikian, hal ini tak memperoleh hasil yang berarti, dan bahasa Arab
terus ditulis tanpa huruf besar.Dewasa ini, penghargaan terhadap para
ahli kaligrafi diberikan oleh seluruh kaum Muslimin selama sejarah
mereka terus berlangsung, dan tercermin dalam penghormatan dan hadiah
yang diberikan kepada sejumlah ahli kaligrafi mutakhir yang menonjol.
Wahyu pertama dari al-Qur'an berhubungan dengan seni tulis, suatu
keahlian yang dikaruniakan Tuhan kepada manusia.
Salah satui sekian banyak sabda mengenai kaligrafi yang
dipandang berasal dari Nabi Muhammad saw adalah " Tuhan menulis agar
kebenaran tampak nyata. " Oleh karena itu tidak mengejutkan, apabila
para ahli kaligrafi diayomi dan dihargai demikian tinggi sepanjang
sejarahnya, menjadi faktor paling penting sebagai penghubung sesama kaum
Muslimin, dan mewujudkan diri dalam seluruh cabang seni Islam,
sebagaimana ilustrasi-ilustrasi berikut.
Al-Qur'an, yang merupakan firman Tuhan dan menyentuh setiap
segi penghidupan orang Islam, selalu menjadi obyek pengabdian dan pusat
perhatian bagi kegeniusan seni Islam. Hal ini tidak saja membuat
kaligrafi terangkat ke tingkat seni suci, melainkan memb'iat ratusan
al-Qur'an yang amat bagus banyak tersalin sebagai hasil yang menjadi
bukti tentang kebesaran seni Islam itu sendiri.
Sesuai dengan itu, seluruhnya halaman al-Qur'an kaya dengan
beragam ilustrasi seperti tampak berikut ini. Pada saat yang sama,
kekayaan dan kekompleksan seni kaligrafi hanya dapat diapresiasi melalui
kajian terhadap semua inskripsi yang ada pada bata, batu, kuningan,
genting, tembikar, kayu dan bahan-bahan lain, dan dilengkapi dengan
kajian terhadap tulisan dan gaya non-Qur'ani yang dikembangkan dalam
berbagai masa oleh tangan para ahli kaligrafi ulung.
Dari berbagai Sumber.