Assiry gombal mukiyo, 18 Maret 2015
Hanya orang-orang yang sangat beruntung bisa mempunyai satu cinta seumur hidupnya, walaupun begitu sebagian juga ada yang tidak beruntung karena kurang berusaha keras memperjuangkan cintanya, sebagian besar yang lain terikat hukum semesta bahwa mempunyai satu cinta itu memang hanya dipunyai orang-orang tertentu saja.
Perceraian memang akan mudah terjadi jika kedua belah pihak, suami dan istri, tak memiliki jiwa besar untuk menerima kekurangan atau memaafkan kesalahan masing-masing pasangannya. Jika egoisme yang menjadi panglima di hati masing-masing, tak ayal perceraian hanyalah bom waktu yang siap meledak kapan saja. Langgengnya rumah tangga juga ditentukan oleh seberapa kuat seseorang mengatasi masalah demi masalah yang datang, baik dalam suka maupun duka, baik saat jaya maupun saat terhina. Jodoh bukanlah sesuatu yang taken for granted dari Tuhan. Namun, jodoh juga merupakan upaya keras dari pasangan suami istri untuk mempertahankan rumah tangganya.
Bisa jadi salah satu kemungkinan jawaban kenapa situasi demoralisasi bangsa kita sedemikian parahnya banyaknya kasus perceraian, begal meresahkan dimana-mana, korupsi sudah seperti tradisi primer bagi Pejabat. Itu karena faktor-faktor yang terpenting dalam kehidupan manusia itu memang ternyata tidak ada sekolahnya. Nggak ada kelasnya. Nggak ada ruang kuliahnya. Nggak ada kurikulumnya.
Misalnya, berumah tangga. Nggak ada fakultas rumah tangga. Tidak ada jurusan perkawinan atau pernikahan. Yang ada pendidikan seks. Itupun tidak ada urusannya dengan masalah psikologis dan rohaniah. Apalagi dengan syariat atau akhlak. Jadi rumah tangga nggak ada sekolahannya. Padahal itu setiap orang harus berumah tangga(nikah). Kebaikan tidak ada sekolahannya. Padahal setiap orang diperlukan untuk menjadi pribadi yang baik. Akhlak pun tidak ada sekolahannya. Padahal apa jadinya dunia ini kalau orang tidak berakhlak.
Banyaknya kasus perceraian, Korupsi, penyalah gunaan Narkoba, kebejatan dan degradasi moral generasi muda kita sedemikian bobroknya adalah sebab karena sesuatu yang primer dalam kehidupan kita karena tidak ada sekolah dan kurikulumnya, tidak diletakkan kedalam maqam yang tinggi dalam prinsip kehidupan berbangsa dan bernegara.
0 komentar:
Posting Komentar