Kata sederhana ini ternyata sangat sulit dijalankan oleh mayoritas orang, karena memang bersikap adil itu membutuhkan kekuatan luar biasa melawan nafsu diri sendiri dan kalau perlu mengkritik diri sendiri ( misuhi diri sendiri) ataupun golongan sendiri.
Kebaikan dan kejahatan itu ada di semua orang dan semua golongan, tentu tingkat kebaikan dan kejahatannya berbeda-beda. Dan orang yang adil sejak dalam pikiran adalah orang yang bisa melihat secara jernih kebaikan dan kejahatan itu tanpa mengingkarinya sedikitpun.
Sebagaimana kebaikan itu tidak ada 100% di satu orang atau golongan, kejahatan pun seperti itu, sejahat-jahatnya orang, tentu ada sedikit banyak sisi kebaikannya. Seandainya dunia ini dipenuhi oleh orang yang adil sejak dalam pikiran, maka konflik akan jauh bisa dikurangi, karena dogma-dogma kebaikan dan kejahatan akan tersaring oleh fakta-fakta bahwa kebaikan dan kejahatan itu menyebar di hampir semua orang dan golongan.
Bayangkan lalu kita renungkan kembali Jika saja orang Islam bisa melihat kebaikan di kalangan orang Kristen, Hindu, ataupun bahkan terhadap atheis sekalipun tentu kita bisa hidup mesra berdampingan dengan tali kerukunan yang harmonis.
Jika saja orang atheis bisa melihat kebaikan di kalangan orang Islam, Kristen, atau Hindu, jika saja setiap agama belajar kebaikan agama lain, dan setiap manusia belajar kebaikan manusia lain sekaligus bisa mengkritik kejahatannya. Jika kapitalis bisa mengambil kebaikan dari para sosialis, jika para sosialis melihat secara jernih keuntungan kapitalisme. Jika saja kebenaran itu bukan dogma, tapi adalah pembuktian.
Maka dunia akan terasa lebih indah, lebih altruis, lebih banyak pasifis...oh tentramnya dunia ini.
Adil sejak dalam pikiran adalah manifesto rendah hati, bahwa kebenaran itu tidak pernah mutlak tapi bertingkat, kebenaran itu bersifat parsial dan kita bisa meletakkannya dalam peringkat-peringkat kebenaran dimana kebenaran yang puncak adalah kebenaran yang terbukti, bukan hanya kebenaran yang dipercayai. Adil sejak dalam pikiran adalah cara terbaik menyelesaikan konflik horizontal dan mengeliminasi hegemoni hirarki vertikal. Adil sejak dalam pikiran menjaga kita dari sikap fatalis dan fundamentalis yang terbukti telah menebarkan benih besar kekacauan bumi yang kita tinggali ini.
Semoga kita semua bisa berbuat adil, sejak dalam pikiran, dan terejawantah dalam perbuatan.Amiin.
Illustrasi:
Karya pertama kali saya membuat kaligrafi dan motif kubah "Assiry art" diameter 12 m di Masjid Al Fairus Pekalongan pada tahun 2003. Seminggu setelah saya juara 1 lomba kaligrafi MTQ tingkat Nasional di palangka raya kal Teng 2003, saya di telphon oleh Bp. H.Makhrus sebagai pendiri yayasan Al Fairus untuk mendekorasi interior dan kubah Masjid Al Fairus.
Tentu ini adalah karya yang menyimpan kepingan kenangan dan kisah yang apik untuk selalu dikenang.
Saya berkarya sekaligus memberikan teori dan praktek kepada ratusan kader -kader binaan "Assiry art" yang tergabung dalam KUASS ( komunitas Seni Kudus ) yang saya dirikan pada Th. 2001.Sekarang para kader KUASS sukses mnjadi kontraktor interior dan juga seniman, juga selebihnya berprofesi mendekorasi kaligrafi diberbagai masjid di Indonesia. sebelum akhirnya lahir dan saya dirikan PSKQ Modern pada 17 Januari 2007 hingga saat ini.Hadzaa min fadhli Rabby.
0 komentar:
Posting Komentar