Aku begitu terharu ketika ada salah satu karibku, yang belum pernah sama sekali melihat Ibu dan Bapaknya bahkan belaian kasih sayangnya.Semenjak dilahirkan dia ditipkan oleh kedua orang tuanya di Panti Katholik. Entah atas alasan apa.
Suatu saat tiba -tiba ia menangis sesenggukan, meraung -raung bagai terhujam ulu hatinya ketika seorang Guru SD di kelasnya memberikan tugas saat memperingati "Hari Ibu" untuk membuat sebuah cerita tentang kasih Ibu.Dia begitu kebingungan mendiskripsikan Sosok Ibunya, sedangkan semenjak kecil dia tidak mengenal Ibu dan juga Bapaknya itu.Romo/Pendeta yang begitu baik itulah yang menggantikan sosok Ibu sekaligus Bapaknya saat masih ngompol di pampres kesayangannya.
Aku pernah bertanya saat genap 22 umurnya, "Atas perilaku Ibu Bapakmu itu, apa yang akan engkau katakan jika ditakdirkan suatu saat bisa bertemu mereka?Dia menjawab dengan mantap "Aku akan sungkem dan bersujud di kakinya, meskipun belum pernah aku mendapatkan belaiannya secara langsung tapi aku tetap berterimakasih kepadanya bahwa aku pernah ada dalam rahimnya.
Jika saat itu ia tidak menghendaki aku lahir tentu aku tidak akan pernah ada di dunia ini. Saat ia mengijinkanku hingga lahir dalam kandungannya, itu adalah simbol bahwa ia begitu sayang terhadapku.
Sampai detik inipun aku selalu mendoakn Ibu dan Bapakku agar kelak bisa berkumpul di Surga".
Sungguh jawaban seorang anak yang begitu meneduhkan hati dan bijaksana. Tanpa sadar pipiku berlinang dan banjir air mata.
Satu hal yang menarik untuk kita petik hikmahnya adalah dia mendapatkan bimbingan langsung dari Tuhan melalui seorang Romo yang mengajarkan nilai-nilai sebuah kebijaksanaan dan keteladanan hidup dalam memaknai sebuah arti tentang "kehilangan".
Bertahun -tahun dia kehilangsn sosok yang begitu berarti dalam hidupnya, tetapi itu tidak membuatnya membenci Ibu dan Bapaknya justru ia sukses membuang jauh ego dan amarahnya.Ia menaburi hidupnya dengan kuncup dan bunga-bunga doa yang semerbak untuk kedua orang tuanya.
Emak adalah panggilanku terhadap Ibuku. Ia pernah berkata dalam sebuah nasehat: “Surga itu berada di bawah telapak kaki Ibu itu artinya bukan bahwa Ibumu ini berkuasa atasmu, sehingga tidak ada kebaikan bagimu kecuali mematuhi apa saja kata Ibu kepadamu”.
“Surgamu ada di kakiku, Nak. Jadi amanat Tuhan kepada Ibumu sangat berat. Ibu wajib mensurgakan hidupmu. Ibumu harus memproses kesurgaanmu di dunia dan akhirat. Ibumu wajib meneladankan nilai -nilai ajaran Tuhan agar kita bisa menuju surga bersama nak".
“Surga di kakiku ini disediakan untukmu. Tapi neraka di kakiku disediakan buat kita berdua. Kalau tidak kusediakan pendidikan yang baik menuju jalan ke surga untukmu, tidak aku berikan sarana atas itu yang menjadikanmu pribadi yang baik ( sholeh), tidak aku didik dengan meneladankan kebaikan atasmu maka Ibumu ini akan tercampak ke dalam neraka. Kalau hati Ibumu ini marah, dongkol, jengkel atau sakit hati kepadamu tanpa dasar yang Tuhan merelakannya, maka neraka bukan untukmu, melainkan untuk Ibumu”.
“Nak, kalau Ibumu menyediakan jalan neraka bagimu, ingatkanlah aku. Namun kalau kusediakan jalan surga bagimu, engkau wajib patuh kepadaku”.
Dalam relung hati yang terdalam aku senantiasa berdoa semoga engkau selalu dalam dekapan kasih sayang Tuhan, yang berarti setiap saat engkau khilaf Tuhan segera menunjukkan jalan kebaikan untukmu, begitupun sebaliknya Emak.
Rabbi ighfirli waliwaalidayya warhamhuma kamaa rabbayani shaghiran.
Amiiin...........
0 komentar:
Posting Komentar