Indonesia itu bukan negara maritim. Padahal Nenek moyang kita dulu adalah Pelaut. negara agraris bukan, negara manufaktur juga bukan.....yang terlihat tanda-tandanya malah menuju negara agama yang penuh kemunafikan, menjual Tuhan dan ayat massif dan sistematik dan rakyat pun termehek-mehek konsumtif melalap paket Tuhan layaknya melalap Blackberry...
Bisnis yang menjanjikan keuntungan yang berlipat -lipat bukan hanya secara finansial. Tidak perlu membuat barang, produk dan logistik.
Anda bahkan bisa menjual imajinasi dari dalil -dalil entah dari Al Qur an dan Assunnah. Semua orang berbondong -bondong membayar tanpa memikirkan nilai intrinsik barang imajiner yang anda beli.
Kalau saya mengkritik interpretasi bodoh agama, itu sama sekali ditujukan bukan untuk rakyat biasa (pemulung, petani desa, kaum miskin kota, orang -orang desa pinggiran yang papa atau semua yang tidak punya akses pendidikan tinggi), apalagi yang karena kemiskinan mereka tidak punya akses modernitas seperti internet. Bukan pula ditujukan untuk manusia-manusia baik hati dan lugu yang tersebar di seluruh pelosok nusantara, yang tidak punya kesempatan untuk mengerti dinamika dunia yang menggilas mereka. Mereka sudah bekerja keras dan positif memandang kehidupan, acungan jempol tinggi-tinggi adalah penghargaan sangat layak buat mereka itu yang berjuang mati -matian disaat semua kebutuhan melambung tinggi dengan dinaikkannya harga BBM oleh Pemerintah.
Kritik saya ditujukan utama dan terutama buat anda-anda yang bisa buka internet tapi malas belajar. Ditujukan terutama bagi yang berpendidikan tinggi tapi otaknya kosong. Ditujukan buat yang kaya tapi hanya bisa berfoya-foya. Ditujukan yang sekolah sampai luar negeri tapi pikiran keagamaannya sebesar otak babi.
Privilege dan kesempatan untuk belajar dibuang percuma, di saat jutaan manusia bahkan masih berjuang hanya untuk sekedar mengisi perut belaka. Kalau kelas menengah dan berpendidikan saja bisa sebodoh anda, maka tak ada gunanya itu modernitas, gadget mutakhir, fashion, dan segala tetek bengek fasilitas kelas dunia yang serba lux.
Ketika kerusakan memasuki sendi-sendi moral dari lingkup elite hingga lingkup jelata di akhir jaman, cara mengeruk keuntungan dalam bisnis ini adalah dengan cara menakut2i umat dengan neraka dan mengiming-iminginya dengan surga. Bukannya menyebarkan syiar dengan cara benar, tetapi jualan ayat-ayat Tuhan untuk keuntungan diri dan golongannya sendiri. Naudzubillah ....
Di daerah anu ada Kyai, pastur, Biksu atau pemuka agama yg kerjanya cuma menerima tamu untuk dimintai doa dan didoakan bisa kaya raya, rumahnya bagus, dengan mebel kelas satu. Jangan heran jika mereka bisa mengkalkulasi amal ibadah. Jadi kalau mau ceramah atau yang mereka sebut dengan tausiyyah itu harus bayar uang muka /DP dulu, inilah yang agak sadis saya sebut sebagai bisnis agama.
Contoh yang lebih jelas, lihat para petinggi PKS yang mengatas namakan sebagai partai Islam , awalnya melarat sekarang kaya raya , rumah mewah, mobil mewah dan istri ada dimana -mana, jumlahnya bisa 5 atau melebihi sareat agama itupun juga masih hobby dengan "mbooking" artis -artis yang oleh LHI di samarkan sebagai" fustun" atau cewe yang semlohay alias bahenol bin ehem.
Harus diterima inilah bangsa indonesia yang dahulu dijajah Belanda, jepang dan portugis sekarang dijajah oleh bangsanya sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar