Muhammad Assiry, 21 Juni 2014
Sejak sebelum ada Nabi Adam
diciptakan Tuhan, sudah ada kesimpulannya dan semua makhluk sepakat -wong ketika
Tuhan mau bikin manusia saja Malaikat ngenyang (protes): “Apakah Allah akan
menciptakan manusia, yang toh kerjanya membuat kerusakan di bumi, termasuk
merusak dirinya sendiri, serta menumpahkan darah… Soalnya Malaikat sudah punya
referensi: dulu manusia (yang diselidiki Darwin) itu kerjanya merusak dan
akhirnya musnah sendiri. Kemudian, Tuhan mau bikin lagi dan dimulai Adam:
Malaikat gelisah hatinya dan cemas ketika proses awal Tuhan merencanakan untuk
menciptakan adam sebagai khalifah di bumi..
Yang menjadi tema utama pembahasan
saya itu ada dua kenyataan. Pertama, tidak ada wanita yang sejak awal memang
bercita-cita menjadi pelacur. Tidak ada gadis berdebar-debar hatinya
membayangkan alangkah indahnya kalau bisa menjadi tuna susila, sehingga berdoa “Ya
Allah, jadikanlah aku wanita tunasusila. Fa ila hadzihiu’niyyah assholihcih
alfaaaatihah. … Kedua, tidak ada wanita tuna susila yang meningkat kariernya
dan sampai ke puncak. Perawannya seharga setengah juta rupiah, kemudian mulai
dinas dan harganya jadi 600 ribu rupiah, terus meningkat sampai sejuta, dua
juta, tiga juta.
Tidak ada pelacur yang makin lama
makin cantik, makin seksi, makin senok bahenol, makin segar, makin semlohay dan
makin nggojos markojos. Sebagaimana semua makhluk, jasmaniyahnya diikat oleh
hukum keausan. Makin lama makin aus, keriput, melorot, tua, karena gardu
terdekat masa depannya adalah kematian.
Maka, harus diendapkan kedalam irama
syahdunya yang meluruh bersama jalan menuju Tuhan. Agar setiap tuna susila kita
pandu bersama untuk memiliki pengetahuan masa depan tentang dirinya sendiri.
Sampai berapa tahun lagi ia akan bisa bertahan. Kemudian, bersikap tegas dan
realistis bahwa sekian tahun lagi dia, mau tidak mau, sudah harus berhenti.
Untuk itu, sejak sekarang ia perlu mempersiapkan
keterampilan untuk kelak menggantikan pekerjaannya yang sekarang, bisa dibekali
apa saja bisa menjahit, melukis atau kaligrafi barangkali, tataboga salon at u
apapun itulah. Pak Kiai, Pak Ustadz, Pak Pastor, Pak Pendeta, Pak lurah, dari
Camat, semua pihak saeyeg saekoproyo (kompak ) mengantarkan para wanita itu
mempersiapkan diri menuju masa depan yang realistis.
Ini berlaku tidak hanya untuk
orang-orang yang melacurkan jasmaninya. Tetapi,juga berlaku untuk siapa saja yang menjual nilai, menjual demokrasi dan
reformasi, menjual amanat rakyat, menjual kesucian tangan rakyat ketika
mencoblos di Pemilu, menjual negara, menjual harga diri manusia. dan bangsa.
Para pelacur politik Indonesia hari-hari ini juga sedang memasuki salah satu
fase puncak keausan dan pengausan. Siapa saja yang terkoptasi dan
terkontaminasi segera akan menjumpai dirinya aus sebentar lagi.
Nabi Yunus As, bisa keluar dari
perut ikan hiu setelah ia memanjatkan doa pada Allah.
"LAA ILAAHA ILLAA ANTA SUBHAANAKA INNII KUNTU MINAZH ZHAALIMIIN
(Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Maha Suci Engkau,
sesungghnya aku adalah termasuk diantara orang-orang yang berbuat aniaya).
Marilah kita bersama 2 membaca doa itu seperti saat Dzun Nun (Nabi Yunus as.)
berada di perut hiu itu, agar para sahabat , teman dan saudara kita yang hidup
terjerembab dalam perut sistem negara yang amburadul ini terbebas dari itu
semua. Sesungguhnya lokalisasi sama saja dengan perut ikan hiu.
0 komentar:
Posting Komentar