Assiry gombal mukiyo, 25 Oktober 2014
Dalam sebuah kesempatan saya sering mengatakan kepada temen -temen Santri PSKQ, bahwa galau adalah sebuah kekacauan pikiran yang tidak terfokus pada satu titik. Di lain pihak, gelisah adalah sebuah pemikiran yang terfokus pada satu titik.
Misalnya kegelisahan Soekarno, kegelisahan Senthot Prawirodirdjo (usia 16 tahun sudah menjadi panglima perang Pangeran Diponegoro), kegelisahan Diponegoro, kegelisahan Soedirman akhirnya membuahkan sebuah gerakan yang luar biasa.
Namun, kegalauan tidak akan menghasilkan apa-apa karena ia adalah kekacauan pikiran yang tidak terpusat pada satu masalah tetapi gabungan dari beberapa masalah yang akhirnya hanya menimbulkan stres. Seorang santri PSKQ bisa terkena virus Galau karena memikirkan cewek yang ternyata dinikahi orang lain, berbarengan dengan itu juga memikirkan bagaimana bisa belajar kaligrafi dan Seni Rupa secara fokus, belum lagi keuangan untuk mencukupi kebutuhan belajar yang minim, dan masalh air pam yang kadang tidak lancar misalnya, akhirnya malah mengakibatkan guncangan fikiran dan stres berat.
Gerakan Soekarno, Senthot, Diponegoro, dan Soedirman sebagai hasil kegelisahan tersebut memang sesuai kenyataan karena mereka bekerja dengan hati nurani, berupaya melawan penjajah, dan melepaskan logika mengenai hitung-hitungan kekuatan/modal. Seandainya waktu itu mereka menggunakan logika, mungkin pergerakan perjuangan itu tidak akan pernah ada. Dengan demikian, tepat bila dikatakan bahwa mereka waktu itu gelisah bukan galau.
Saat ini kita sering mendapatkan ungkapan galau itu muncul dari mulut remaja. Apa yang terjadi? Apakah mereka benar-benar galau, benar-benar sedang dalam keadaan pikiran kacau atau sekadar salah menggunakan istilah?
Sedang gelisah, tetapi terucap galau? Seandainya mereka benar-benar galau karena menghadapi berbagai macam masalah seperti kuatnya pengaruh gaya hidup hedonis, tekanan atau tuntutan zaman, dan lain-lain, harus ada upaya untuk membantu mereka memetakan masalah.
Mereka harus dibantu atau dibiasakan mengurai masalah satu persatu sehingga dapat fokus pada satu titik. Dengan demikian, kegalauan akan menjadi kegelisahan yang akhirnya dapat menghasilkan sesuatu bagi diri dan negerinya.
Keep spirit to santri -santri PSKQ.
0 komentar:
Posting Komentar