Assiry gombal mukiyo, 26 September 2014
Saya dituduh sebagai kaligrafer ini
kesalahan serius dari temen 2 sekalian. Kaligrafer itu bukan hanya bisa menulis
kaligrafi tapi juga menjalani dan meneladankan apa yang dituliskan itu,
sedangkn yang ditulis adalah Al Quran dan hadist.
Hanya karena saya banyak menelurkan ratusan karya dipenjuru nusantara dan
beberapa di luar negeri, lantas saya disebut kaligrafer, itu adalah cara
berfikir yang keliru.
Hanya karena seseorang sudah menuarai lomba kaligrafi atau mungkin sudah
mndaptkan syahadah dari IRCICA atau semacam pengesahan sanad misalnya kemudian
anda buru 2 menyematkan gelar kepada seorang tersebut sebagai kaligrafer, tidak
semudah itu.
Saya menjadi manusia saja belum bisa.
Saya jauh dari itu semua.
Malah beberapa temen 2 ini ada yang
manggil saya Ustaz.
Goblok bin gendheng alias ngawur dan fitnah.
Ustaz itu dari bahasa arab yang berati guru atau pendidik.
Kalau dikaji secara mendalam guru terdiri dari dua kata (Gu) yang berati di
gugu atau bisa dipercaya omongan dan kata 2nya. Setiap kata 2 yang keluar
adalah mutiara ilmu dan kebajikan.
Sedangkan (Ru) itu mengandung makna bahwa seorang Ustaz itu bisa ditiru dan dan
ikuti perilaku, perbuatan dan mnjadi uswah atau teladan bagi siapapun.
Saya jauh dari itu semua.
Saya tidak memiliki identitas apa 2.
Ketika ada yang bertanya "kamu agamanya apa ?"Saya ngga bisa ngomong
apa -apa, seperti bisu, kalau aku jawab " Ya aku Islam" apa saya
tidak terlalu berlebihan ?
Jangan 2 ketika saya mengaku islam malah mengotori islam dan merugikan Islam,
soalnya Islam itu suci, lha wong saya kotor dan belum bisa menjadi seseorang
yang menyamankan dan menciptakan rasa tentram dan membuka peluang untuk berbagi
kesejahteraan bagi orang lain.
Orang yang memiliki sifat itu disebut Muslim.
Saya pun jauh dari itu semua.
Apa yang terjadi jika masyarakat
begitu mempermasalahkan identitas. Ada yang kecelakaan, sebelum ditolong
ditanya dulu, Islam atau bukan? Kalau Islam, NU (Nahdlatul Ulama) apa
Muhammadiyah? Lalu NU PKB (Partai Kebangkitan Bangsa) apa PPP (Partai Persatuan
Pembangunan)?
Kalau ternyata yang kecelakaan tersebut mnjawab bukan Islam kemudian kompak
untuk diperlambat saja pertolongannya.
Ya Allah ya Kariim....sampai kapan
kita selalu melihat identitasnya dahulu sebelum melakukan kebaikan -kebaikan.
Akhirnya .....Sampai mati ditengah jalan berdarah 2, itu orang malah nggak
ditolong.
Saya tidak keberatan disebut Gigolo,
maling, Tuyul, Kirik, kroco, gombal mukiyo, misalnya malah Alhamdulillah, biar
saya bisa terus belajar agar bisa lebih baik . Sama seperti sekolah nggak
lulus-lulus, jadi saya belajar terus.
Saya belum berani menyebut diri
muslim, apalagi bilang saya "ngganteng"......ini bisa menimbulkan
demontrasi dan penolakan dimana-mana.
0 komentar:
Posting Komentar