Gelar Nabi Ismail AS adalah dzabihullah. Sembelihan
Allah. Saya ingin sekali menggunakannya untuk judul suatu tulisan ini, namun
dengan perasaan was-was. Apakah Allah tukang sembelih? Apakah Allah itu Maha
Jagal, sebagaimana dalam konteks lain saya juga takut mengumumkan idiom wallohu
khoirul makirin, Allah itu Maha Pemakar? Allah memang maha jagal? tentu ini
adalah bahasa yang tepat bagi para tukang jagal kemanusiaan di negeri ini yang
harus terjegal dan terjagal dengan menghisap darah bagi kesejahteraan warga
negaranya dengan memeras kemewahan untuk kepentingannya sendiri. Allah itu
"tui'zzu man tasyaa' watudzillu man tasyaa "( Allah maha memuliakan
dan Allah juga maha mnghinakan bagi yang dikehendakiNya).
Allah
bisa saja menelanjangi para koruptor dan memuliakan siapapun yang
dikehendakiNya entah para TKI yang terancam hukuman mati, guru TK yang digaji
seratus ribu dalam sebulan tanpa tunjangan apapun, atau 8 ribuan sarjana S.Pdi
yang antri tes PNS dikudus padahal kuota kursi yang dibutuhkan hanya 4 orang
itupun sudah dalam wacana kong kalikong, kuli bangunan yang memeras keringat
hanya sekadar makan dan jutaan manusia yang tidak lagi dimanusiakan.Kita sudah
teramat bodoh untuk dibodoh -bodohi dan dipecundangi.
Sedangkan
di balik baju kebesaran dan jan jabatan basah mereka tersimpan ratusan dolar
dan tranfusi dana yang digunakan untuk memompa -mompa kemewahan pribadi dan
kelompoknya semata.
Mungkin
sudah ratusan kali kita mengkomunikasikan bahwa untuk urusan tertentu peradaban
kita ini pra-Ibrahim. Kalau Ibrahim AS. hidup pada zaman SBY, tentu ketika pada
suatu pagi Ibrahim yang merencanakan menyembelih anaknya, maka para tetangga
segera akan melaporkannya ke Polsek, atau mungkin langsung memukuli Ibrahim
sampai babak belur benjot dan akhirnya meregang nyawa. Di zaman ini kita tidak
memiliki perangkat ilmu pengetahuan dan tingkat legalitas hukum yang sanggup
mengakomodasikan fenomena (vertikal) Ibrahim dan Ismail. Atau Ibrahim akan
diganjar dengan hukuman mati atau penjara seumur hidup, meskipun perampokan
yang bertopeng korupsi itu adalah pembunuhan yang substansinya lebih kejam
daripada pembunuhan fisik. Jika wilayah pembunuhan itu di negara Republik ini,
bersiap-siaplah Ibrahim dicongok dengan hukuman mati atau akan terbebas jika bisa
nyogok Hakim atau membayar pengacara.
Hal
ini berdasarkan pada pasal 340 KUHP, yang menyatakan:
“Barang
siapa yang sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang lain,
karena pembunuhan dengan rencana (moord), diancam dengan pidana mati atau
pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh
tahun”.
Jangankan
fenomena perencanaan penyembelihan Ismail oleh Ibrahim yang disalah fahami yang
jelas -jelas itu perintah Tuhan. Sedangkan kita suatu hari nongkrong di dekat
kandang kambing saja orang lantas menyimpulkan kita adalah kambing. Saya
berpapasan dengan waria pada suatu siang dan omong-omong sejenak, orang di
sekitar saya langsung menyangka saya sedang melakukan transaksi seksual dengan
waria padahal saya harus berbuat baik dengan siapa saja meskipun menurut kita
orang tersebut tidak termasuk dalam kriteria baik menurut anda misalnya.Lantas
menuduh saya sebagai penyuka sesama jenis (Homo seks).
Kebanyakan orang menjadi terobsesi dengan sebuah kata "modus"
yang lagi ngetrenisasi, sebagai sebuah cara yang digunakan seseorang untuk
menipu orang lain dengan tujuan atau maksud tertentu. Biasanya diakal-akalin
supaya tidak kelihatan kalau mau menipu.
contoh
kecil saja:
cwo : aku capek nih, mau rebahan sebentar,
kerumah aku dulu yuk sebentar aja....(merayu).
Atau : say ke puncak yuk kita liat liat
pemandangan.
(padahal
maksud dan tujuannya bukan untuk rebahan atau liat pemandangan tapi karena
ingin melihat pemandangan yang lain).
Tapi janganlah kita selalu berburuk sangka, dengan
mengatakan orang yang memang betul-betul ingin menolong atau meminta uluran
tangan kita dan berbuat baik lantas kita teriaki dengan sebutan
"modus". Ada suami tetangga yang istrinya mau melahirkan dan meminta
istri anda untuk membantu padahal memang pekerjaan istri anda adalah seorang
Dukun Bayi (Bidan).Lantas anda tega mengatakan ini adalah modus biar istri anda
bisa diapa-apain oleh suami tersebut. Kita hidup ditengah -tengah pergulatan
prasangka dan dugaan -dugaan.Padahal dugaan dan sebagian dari prasangka itu
dosa(inna ba'dha adzonni itsmun).
Kalau
saya jalan menunduk di sepanjang jalan, bersamaan dengan itu ada perempuan
cuantik yang kebetulan sedang nongkrong diseberang jalan, dan saya akhirnya
menyapanya lantas ramai-ramai orang menuding saya bahwa saya "mata
keranjang".Atau kebetulan perempuan itu saya kasih buku -buku kaligrafi
karena ternyata penggila virus kaligrafi saya kemudian Jumhur Ibu- ibu
dikampung saya mengatakan itu modus.
Bahkan
terakhir saya mendengar gosip tentang modus baru bahwa saya adalah Ustazd
karena suka bergaul dengan Kiyai dan Ustazd, yang sebagian dari mereka adalah
memang Kiyai dan Ustazd dan saya hanya gelandangan dan pengangguran yang
menyamar jadi Ustazd biar disangka Ustazd.
Demikianlah saya senantiasa bersetia mendengarkan orang
lain. Dan itulah sumber pengetahuan hidup saya. Tapi susahnya, orang sering tak
bisa diduga apa maunya. Pernyataan orang juga tidak selalu mencerminkan sikap
dan kemauannya. Kalau seseorang bilang Assiry "kamu sekarang bukan suamiku
lagi”, lantas saya percaya, saya terapkan, sehingga saya tidak perlu bertemu
agar kemesraan itu tetap selalu bersemayam dan menghalau segala bentuk
kebencian jika dia melihat muka dan bentuk badan saya.Lantas dia mengatakan
bahwa saya pengecut dan sebagainya.
Saya
melihat itu semua adalah peristiwa cinta.
Kalau
kita tidak menimba sumur misalnya kalau mau mandi, orang yang kita cintai dan
mencintai kita marah: “Kok nggak mau nimba sih?”. Kalau kemudian kita menimba,
ia tuding: “Terpaksa ya nimbanya!”. Lantas kita hentikan menimba, ia
bersungut-sungut: “Memang aslinya tidak mau menimba!”.
Cinta
itu terkadang over-sensitif. Kalau yang terlibat dalam percintaan adalah orang
besar, lebih susah lagi. Kalau bersikap biasa-biasa saja, ia naik pitam: “Nggak
tahu siapa saya ya! Belajar menghormati dikit kek!” Kalau kemudian kita
membungkuk menghormatinya, ia tuduh: “Nyindir ya! Karena kebetulan badannya
pendek. Saya tidak mau kau menghina dengan pura-pura menghormatiku!”. Kemudian
kita kembali bersikap biasa, dan ia serbu kita: “Dasar tak tahu diri!”
Lama-lama
saya “curiga”, dengan diri saya sendiri kayaknya doa saya kepada Tuhan juga di
sebut "modus"..
0 komentar:
Posting Komentar