Assiry gombal mukiyo, 2013
"Saya
ngga bisa apa -apa ".Itulah jawaban saya ketika banyak orang yang bertanya
tentang kemahiran dan kemampuan saya dibidang seni dan kaligrafi. Bukan saya
lebay atau merendah tapi faktanya saya memang rendah dan kerdil.Selalu ada saja
yang menanyakan tentang jumlah santri PSKQ entah melalui chat inbox atau sms dan telepon.
Padahal jumlah santri bukan tujuan saya. Setiap santri yang datang adalah bukan untuk dibanggakan
jika datangnya berbondong -bondong bak gelombang lautan pasang ketika saling
sambung -menyambung.Atau disedihkan jika cuma beberapa gelintir saja calon
santri yang mau belajar. Saya meyakini betul bahwa setiap orang yg datang untuk
belajar khusus Kaligrafi Alquran dan Seni Rupa di gubug kumuh PSKQ itu adalah
karena perintah Tuhan yg ditiupkanNya kedalam hati para calon santri tersebut
entah melalui kegandrungannya terhadap
seni tersebut atau karena alasan -alasan
lain yang terkadang tidak bisa dilogika sedikitpun. Ada yang mungkin karena
pacarnya nikah akhirnya ngambek dan kabur lalu tersesat di PSKQ sehingga
terpengaruh dengan virus kaligrafi teman -temannya yang asik menggila dengan mengolah
huruf demi huruf dan menorehkan berjuta warna pesona.
Tuhan memiliki jutaan, milliaran dan bahkan tak terhingga
jumlahnya disetiap cara bagi tapak langkah kaki yang akhirrnya harus
terakumulasi di gubug PSKQ. Bagi induk ayam bukan jumlah telur yang
dipertanyakan, tapi sejauh apa proses eraman dan kerja keras induk ayam agar
telurnya bisa menetas semua. Itulah puncak kebahagiaan bagi sang induk ayam
ketika 21 hari dihabiskan untuk tirakat topo broto dikandang kesayangannya itu.
Ada
juga beberapa santri yang sedang perjalanan ke jakarta untuk belajar jadi chef
terkenal karena itulah impian dan cita–citanya, malah mampir dan tersangkut di
PSKQ.Semoga saya bukan Iblis yang sengaja ingin menyesatkan anda untuk tujuan-tujuan
dan cita-cita yang sedemikian akurat dipersiapkan dari rumah ternyata harus ambiyar dan hancur
berkeping karena tercebur dikolam PSKQ yang kumuh.
Barangkali Tuhan sedang memberikan jalan yang lebih
baik dari jutaan jalan yang menurut kita sudah baik untuk masa depan yang
sempurna.
Saya malu untuk mnghitung-hitung setiap jumlah
santri yang datang. Karena itu tugas dari
Tuhan untuk saya. Agar bisa
mengamalkan apapun yang saya bisa
meskipun saya kadang betul -betul merasa bingung karena saya sadar
ternyata"saya ngga bisa apa -apa."
Saya harus tahu diri.Tapi setidaknya saya seorang
warganegara yang ingin anak-anak Indonesia terdidik dengan baik.Data tentang
ketinggalan murid-murid Indonesia di pelbagai bidang dibandingkan dengan negara
sekitar kita sering dikemukakan. Saya ingin ada perubahan yang substansial
dalam cara belajar di sekolah atau dipesantren -pesantren kita. Kalau tidak,
bangsa kita akan macet di masa depan.
Dengan
sumber-sumber yang ada, perbaikan bukan mustahil.Saya ingat Pak Tino Sidin yang
beberapa puluh tahun yang lalu muncul di TVRI mengajar anak-anak
menggambar.Nama programnya bukan “Belajar Menggambar”, melainkan “Gemar Menggambar”.
Bagi saya Pak Tino sebuah inspirasi begitulah
seharusnya proses belajar berlangsung. Yang penting bukan menghasilkan gambar
dengan teknis yang jitu, melainkan menggemari ketrampilan itu.Bukan
menghasilkan karya -karya kaligrafi yang indah memukau dan teknik -teknik
meniru karya-karya master dan menjiplaknya tapi bagaimana seorang santri bisa
menggali dalam-dalam bagaimana hatinya bisa nyaman dan yakin dengan pengalaman
baru untuk bisa mencintai kaligrafi dan seni bagi masa depannya yang gemilang.
Cinta selalu fokus kepada apa yang bisa
dia berikan dan hasilkan untuk selalu mengindahkan bukan mengeruk dan mengaduk
-aduk keuntungan dan kesuksesan materi semu dari bagian kecil dunia yang
melalaikan.
Dengan
itulah proses belajar "membentuk sikap". Belajar bukan hanya untuk
mengetahui dan menambah informasi.Belajar adalah menjelajah dunia yang selalu
baru dan mengasyikkan.
Dari sana tumbuh sikap yang selalu ingin tahu,
kecenderungan menemukan dan mencipta, kebiasaan berpikir jernih dan teratur,
kemampuan bertukar gagasan dengan orang lain.
Fakta yang terjadi di PSKQ ketika kita bisa belajar
seni dengan memahami dari tafsir Alquran ternyata sangat mengasyikkan.Barangkali
akan terasa jenuh dan bosan jika kita hanya belajar tafsir alquran saja tanpa
ada visualisasi tentang isi kandungan dari Al Quran.Itu bisa diaplikasikan
dengan variasi dari torehan warna dan pembagian ruang ruang ayat yang menyatu
dengan lukisan.Oh indahnya..
Pendek kata sebuah perubahan dari “pintar” menjadi
“gemar”. Dari “gemar” bisa tumbuh pelbagai hal, termasuk menjadi
"kreatif".Saya ingat dulu di sekolah menengah guru saya membuat saya
menyukai Seni Iluminasi dengan mengatakan: “Kalian di kelas ini bukan untuk
jadi ornamentator atau seniman tapi untuk terbiasa berpikir detail dan logis.”
Selama bertahun-tahun, hanya kadang-kadang, secara
kebetulan, saya menemukan guru yang bisa membuat anak-anak terpesona menempuh
“pursuit” itu, yang bisa menunjukkan peran imajinasi yang luar biasa merubah
dunia menjadi penuh gelora.
0 komentar:
Posting Komentar